Sabtu, 22 Februari 2014

Proposal Sekripsi Pendidiikan

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA            : Muhammad Muslih
NIM                 : TP. 100 768
JURUSAN     : Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS   : Tarbiyah
SEMESTER   : V (Lima)
JUDUL           : “PERBANDINGAN  ANTARA HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)  BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KABUPATEN MUARA BUNGO

A.   Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia baik formal maupun non formal adalah suatu pendidikan nasional yang mempunyai tujuan yang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Sebagai mana kita ketahui bahwa pendidikan sangat memegang peranan penting bagi negara kita guna meningkatkan derajat manusia dan memerangi kebodohan, karena pendidikan merupakan suatu dasar bagi pembentukan kepribadian dan untuk mempertinggi budi pekerti sehingga kita bisa hidup saling menghargai. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan nasional telah menggariskan kebijakan dasar pembinaan dan pembangunan pendidikan adalah sebagai berikut :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.( Anoniom, 2003:7)
Proses pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan seluruh aspek pribadi dalam mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil dalam suatu masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat diprioritaskan dalam pembangunan nasional, karena akan mewujudkan cita-cita dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia baik dari peningkatan anggaran untuk pendidikan, memperbaharui dan melengkapi sarana dan prasarana, memberikan penataran dan menyekolahkan guru yang berprestasi kejenjang yang lebih tinggi, memberikan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu dan yang berprestasi, perbaikan metode dan kurikulum.
Salah satu wadah untuk menciptakan manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang budaya, tingkat sosial, dan ekonomi siswanya adalah sekolah. Dengan adanya sekolah diharapkan dapat diterima oleh semua golongan yang berkepentingan terhadap lembaga tersebut.
Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan yang terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran. Kegiatan pembelajaran adalah suatu interaksi antara guru dan siswa untuk menciptakan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan tidak akan tercapai apabila interaksi pembelajaran tidak pernah berlangsung dalam pendidikan. Guru dan siswa adalah dua unsur yang terlibat langsung dalam proses itu.
Dengan tidak mengabaikan peranan atau fungsi dari beberapa komponen sebagai mana disebutkan diatas, secara khusus peneliti menekankan pada suatu komponen tersebut yaitu metode mengajar.
Model pembelajaran ialah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.. Dengan menggunakan model  ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedang siswa sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses ini akan berjalan baik, bila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang menghubungkan kegiatan belajar siswa.(Trianto, 2007:5)
Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik, kegiatan pembelajaran pun tampak kaku dan anak didik kurang bergairah dalam belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru akan gagal dalam menyampaikan pesan-pesan keilmuan dan anak didik akan dirugikan.
Tidak semua pelajaran Al-Quran Hadits dapat dijelaskan oleh guru dengan menggunakan satu metode saja, terkadang dalam satu pembahasan yang dalam memahami dan menguasainya harus menggunakan lebih dari satu metode pengajaran, sehingga dalam belajar siswa tidak hanya menerima apa yang dijelaskan oleh gurunya saja melainkan siswa juga dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep Al-Qur’an Hadits yang dipelajarinya. Dengan demikian maka pelajaran akan lebih mudah dipahami siswa dan akan lebih lama tinggal di ingatannya. Kemudian ada beberapa kelemahan yang berpusat pada guru. Kelemahan itu dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi antar siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan dikelas bukanlah asal pakai tetapi setelah melalui seleksi yang bersesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, jarang sekali melihat guru merumuskan tujuan pembelajaran hanya dengan satu rumusan, tetapi guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya gurupun menggunakan lebih dari satu metode dalam pembelajarannya.
Proses belajar mengajar Al-Qur’an Hadits yang dilakukan di dalam kelas oleh guru bisa dilaksanakan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share , sebagai pendukung bagi metode lainnya yang telah diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Kokom Komalasari : “Model pembelajaran Numbered Head Together ialah model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa”.
Menurut Trianto “Model pembelajaran Think Pair Share adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.
Menggunakan model pembelajaran tipe numbered head together dalam proses belajar mengajar ini besar sekali manfaatnya, dimana  siswa bukan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru tetapi ada interaksi antara siswa yang satu dengan lainnya dan bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Dan dengan adanya model pembelajaran ini diharapkan dapat mendidik siswa menjadi manusia dewasa sebagai mahluk sosial dan dengan metode belajar mandiri ini siswa tidak dimaksudkan belajar secara indivualitas, bahkan sebaliknya situasi belajar mandiri ini dibina untuk belajar secara berkelompok dan setiap murid menjadi partner sesamanya.
Permasalahan yang terjadi membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yaitu sebagai mana kita ketahui dilema yang selalu kita temui disetiap sekolah, bahwa siswa sangat sulit untuk meningkatkan atau ditingkatkan hasil belajarnya. Kesulitan-kesulitan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya penggunaan model pengajaran, maksudnya ialah model yang digunakan tidak sesuai dengan materi atau tujuan yang hendak dicapai, terkadang juga guru yang monoton dalam menggunakan model pembelajaran sehingga anak didik merasa bosan dan kurang bergairah dalam belajar.
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lapangan di SMPN 1 Kabupaten Muara Bungo, dimana pengajar disini mempunyai berbagai macam cara untuk memberikan bimbingan belajar kepada siswanya. Semakin beragam metode pengajaran maka semakin bervariasi pula hasil yang dicapai siswanya. Perbedaan hasil inilah yang menarik  penulis untuk mengadakan penelitian, karena menurut hasil pengamatan penulis sementara, siswa yang mempunyai hasil belajar lebih baik adalah siswa yang dibimbing oleh gurunya dari pada siswa dibiarkan belajar sendiri tanpa ada bimbingan dari gurunya.
Beranjak dari sinilah timbul keinginan penulis untuk mengadakan suatu kajian dan menulis skripsi dengan judul :”PERBANDINGAN ANTARA HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR  SHARE (TPS) BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KABUPATEN MUARA BUNGO”.


B.   Rumusan Masalah
1.    Desain penelitian
X                      Y
X1                    Y1
X2                    Y2
Keterangan:
X         =       pembelajaran
Y         =       hasil pembelajaran
 X1       =       Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran numbered head together
Y1        =       hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran numbered head together
X2        =       pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran think pair share
Y2        =       hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran think pair share
Y1: Y2 = ( Y1  > Y2 )

2.    Pernyataan penelitian
                Berdasarkan rumusan masalah diatas dan sesuai dengan judul yang disajikan maka yang menjadi pernyataan penelitian adalah “ Apa benar ada perbandingan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model pembelajaran tipe think pair share terhadap hasil belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.


3.  Pertanyaan penelitian
Dari pernyataan penelitian diatas  maka pertanyaan penelitian ada tiga yaitu:
a.  Seberapa besar skor hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together  bidang studi biologi  di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kapubaten Muara Bungo. (Y1)
b. Seberapa besar skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share bidang studi biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Bungo. (Y­2)
c. Seberapa besar skor signifikan  perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo. ( Taraf signifikasi 5% - 1% )

C.   Batasan Masalah           
Agar penelitian ini terfokus pada masalah yang akan diteliti dan juga banyak faktor yang mempengaruhi penelitian ini, serta dengan terbatasnya kemampuan yang penulis miliki, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.      Siswa yang akan diteiliti hanya kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2.      Model pembelajaran  yang digunakan hanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
3.      Sasaran penelitian adalah perbandingan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

D.   Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a.    Ingin mengetahui berapa besar skor hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together  pada bidang studi Biologi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo ?
b.    Ingin mengetahui berapa besar skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo ?
c.    Ingin mengetahui berapa besar skor signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah Pertama Negeri  1 Kabupaten Muara Bungo.      
2.      Kegunaan Penelitian
a.    Untuk memberikan gambaran tentang perbedaan hasil belajar yang dicapai siswa dengan menggunakan berbagai model pembelajaran.
b.    Untuk menyajikan informasi sebagai bahan masukan karena para pendidik atau pengajar harus pandai memberikan materi dengan berbagai macam model pembelajaran.
c.    Untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
d.    Untuk dapat menimbulkan dorongan semangat kepada para pendidik untuk meningkatkan cara penyajian materi pembelajaran yang bervariasi.
e.    Untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu (S.1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi.

E.    Kerangka Teori
Yang dimaksud dengan kerangka teori disini adalah yang berhubungan dengan permasalahan diatas, guna untuk menghubungkan antara teori yang ada dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi dan sebagai landasan tempat mengambil patokan pembahasan yang berdasarkan dari kenyataan-kenyataan yang terjadi, teori-teori yang ingin dipaparkan dalam kerangka teori adalah model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan juga hasil belajar siswa.
1.    Hasil Belajar
a.    Defenisi Konseptual
‘’Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria-kriteria tetentu, hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa’’. (Nana Sudjana, 2008:3)
Yang dimaksud dengan hasil belajar atau achievement ialah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu. (Ngalim Purwanto, 2008:33).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. (Oemar Hamalik, 2001:155)

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman pelajarannya.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom seorang maha guru dari Universitas Chicago yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu :
1.    Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yaitu :
a.    Pengetahuan atau ingatan
b.    Pemahaman
c.    Aplikasi
d.    Analisis
e.    Sintesa
f.     Evaluasi
2.    Ranah Afektif
Ranah afektif ini berkenaan dengan sikap dan nilai, yang terdiri dari lima aspek, yaitu :
a.    Penerimaan
b.    Jawaban atau reaksi
c.    Penilaian
d.    Organisasi
e.    Internalisasi

3.    Ranah Psikomotorik
a.    Gerakan reflek
b.    Keterampilan gerak dasar
c.    Kemampuan perseptual
d.    Keharmonisan
e.    Gerakan keterampilan kompleks
f.     Gerakan ekspresif dan interpetatif  (Nana Sudjana, 2008:3)
Dari ketiga ranah tersebut yang menjadi fokus penilaian hasil belajar dalam penelitian ini adalah ranah kognitif.
b.    Defenisi Operasional
     Hasil belajar merupakan perubahan pola tingkah laku yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar adalah semua aspek belajar tingkah laku dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang diperoleh melalui penilaian dan pembuktian melalui angka atau huruf, dan suatu pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksionalnya dapat dicapai.
Evaluasi berupa tes hasil belajar yang akan dilakukan adalah dengan cara memberikan kepada siswa sebanyak 25 (dua puluh lima) butir soal yang sebelumnya akan dilakukan uji coba tes.






Tabel 1. Kisi-Kisi Soal
No
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Butir Soal
Jumlah
1.
Hasil belajar
Pengetahuan


Pemahaman


Penerapan

·         Menjelaskan
·         Mendeskripsikan

·         Menyebutkan
·         Membandingkan

·         Mengurutkan
·         Menyimpulkan
1,2,3,4,5,6,7,8,9
18,19,20,21


10,11,12,13,14
23,24,25

15,16,17
22

13


8


4



Jumlah

25

2.    Model Pembelajaran Numbered Head Together
a.    Defenisi Konseptual

Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Model pembelajaran numbered head together ialah model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. (Kokom Komalasari, 2010: 62 )



Model pembelajaran numbered head together adalah pendekatan  yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviuw berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu, dengan cara mengarahkan pertanyaan kepada seluruh siswa.(Richard I. Arends, 2008:16)
Keuntungannya :
1.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling Sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling kecil.
2.    Meningkatkan semangat kerja sama siswa.
3.    Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.(Miftahul Huda, 2011:138)

b.    Defenisi Operasional

Model pembelajaran numbered head together yang dimaksudkan disini merupakan model pembelajaran yang melibatkan banyak siswa dimana siswa  dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian setiap siswa diberi nomor dan secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Model pembelajaran ini juga melibatkan banyak siswa.

3.    Model Pembelajaran Think Pair Share
a.    Defenisi Konseptual

Model instruksional merupakan bagian dari strategi instruksional, metode instruksional berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.(Richard I.Arend, 2008: 4)

Seperti namanya “ Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk diperkirakan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.

Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini guru meminta siswa berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada setiap pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah diperkirakan melalui intersubjektif dengan pasanganya.

Hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengontruksian pengetahuan secara intregatif. Siswa dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya. (Agus Suprijono, 2010:91)
Model pembelajaran Think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir.(Kokom Komalasari, 2010:64
Model ini memiliki keuntungan diantaranya yaitu:
1.    Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
2.    Mengoptimalkan partisipasi siswa.
3.    Memberi kesempatan kepada sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
4.    Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dengan tingkatan siswa.(Miftahul Huda, 2011:136)


Dalam hal ini menggunakan langkah-langkah (fase) sebagai berikut:
Langkah 1 : Berpikir (thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Langkah 2 : Berpasangan (pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi (sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk   berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif  untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. (Kokom Komalasari, 2010:64)

b.    Defenisi Operasional
Seseorang itu belajar karena berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mengubah tingkah laku. Belajar juga dapat dikatakan sebagai upaya perubahan tingkah laku dari serangkaian kegiatan misalnya membaca, mendengar, mengamati, meniru dan sebagainya.
Di dalam belajar terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya salah satu faktor psikologis. Diantaranya, faktor motivasi, konsentrasi, reaksi pemahaman, organisasi, ulangan, pelatihan, minat, faktor ingin tahu dan sifat kreatif anak didik dan lain sebagainya.
Jadi model pembelajaran think pair share adalah model pembelajaran dimana guru mengajukan pertanyaan  mengenai pelajaran untuk diperkirakan kepada siswa. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban. Selanjutnya guru-guru meminta siswa untuk berpasangan-pasangan dan berdiskusi, kemudian hasil diskusi tersebut dibicarakan dengan pasangan kelas. Diharapkan dengan adanya model ini akan terjadi pola interaksi antar siswa

F.    Hipotesis
Dalam penelitian yang diuji kebenarannya perlu sekali adanya hipotesis atau anggapan sementara sebagai awal tempat berangkat atau titik tolak dalam penelitian yang penulis laksanakan ini.
Adapun yang menjadi anggapan sementara bagi penulis adalah :
Ha     : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada mata pelajaran biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo (to > tt = Ha diterima)
H0     :  Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together  dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada mata pelajaran Biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo (to< tt = Ha ditolak)


G.   Prosedur Penelitian
1.      Jenis dan Lingkup Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan dua kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Lingkup penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo. Dengan maksud untuk membuktikan seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share  terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.

2.      Populasi dan Sampel
a.      Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualifikasi dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Elanie B. Jhonson:152)
Adapun populasi dalam  penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo yang berjumlah 213 siswa yang terdiri dari 6 lokal, yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, dan VIII F. Dengan jumlah seluruh siswanya adalah 213 orang siswa

Tabel 2 Jumlah siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo

No
Kelas
Jumlah Siswa
Keterangan
1
2
3
4
5
6
VIII A
VIII B
VIII C
VIII D
VIII E
VIII F
30
37
37
38
36
35


Jumlah
213


Peneliti memilih kelas VIII untuk dijadikan populasi terjangkau karena berdasarkan materi yang akan disampaikan pada saat penelitian yaitu pertumbuhan dan perkembangan, dan materi itu hanya terdapat pada kelas VIII.

b.      Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (S. Margono 2008: hal 127)
Mengingat luasnya populasi dalam penelitian ini, dengan pertimbangan keterbatasan waktu yang ada, biaya, dan tenaga maka peneliti hanya melakukan terhadap kelas sampel yang merupakan wakil dari populasi. Untuk mendapatkan dua kelas sampel dari 6 kelas populasi digunakan teknik sampel random.

“Teknik sampling random ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel”.

Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut mulai dari 1 sampai dengan banyak subjek. Di dalam pengambilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu besarnya jumlah sampel yang paling baik.(Suharsimi Arikunto, 2010:177)

Sebelum ditentukan kelas eksperimen 1 dan dan kelas eksperimen 2 dari 6 kelas tersebut, terlebih dahulu peneliti melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun kelas eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan kelas eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran tipe TPS.

3.      Jenis dan Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dipergunakan sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan data penelitian lapangan. Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.    Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu :
1)    Data Primer
“Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh peneliti dan merupakan data utama dalam penelitian”.(S. Margono, 2008: 127)

Data primer ini didapat dari kenyataan-kenyataan yang langsung ditemui dari lokasi penelitian. Data primer tersebut diperoleh dari hasil angket atau tes yang disebarkan oleh peneliti kepada siswa yang dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini.

2)    Data Sekunder
“Data sekunder adalah data yang dihimpun melalui tangan kedua dan merupakan data pelengkap dalam penelitian”. (Anas Sudjiono, 2007:76)
Adapun data sekunder dalam penelitian ini seperti :
a.    Historis dan geografis
b.    Struktur organisasi
c.    Keadaan guru dan siswa
d.    Keadaan sarana dan prasarana sekolah

b.    Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sesuai dengan metode yang dipahami, maka sumber data dalam penelitian ini adalah :
1.    Keadaan / kejadian, karena peneliti menggunakan teknik observasi.
2.    Orang (kepala sekolah, Guru dan Staf, Siswa) karena peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara, angket dan tes.
3.    Arsip / dokumentasi, peneliti menggunakan metode dokumentasi.

4.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan kongkrit serta sesuai dengan permasalahan yang diteliti penulis, maka peneliti menggunakan beberapa metode, antara lain :
a.    Observasi atau Pengamatan
Observasi diartikan sebagai cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang disajikan sasaran pengamatan. (Anas Sudjiono, 2007:76)
Observasi yang penulis gunakan adalah observasi langsung mengamati objek yang diambil datanya seperti geografis, sarana pendidikan, fasilitas pendidikan dan kegiatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.

b.    Interview atau Wawancara
“Interview adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan”. (Suharsimi Arikunto, 2007:52)

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi perolehan data berupa dokumentasi yakni data yang bersangkutan dengan sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi sekolah, jumlah tenaga pengajar, jumlah pegawai dan jumlah siswa.

c.    Tes
“Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. (Sugiyono, 2008:173)

Untuk teknik ini, penulis gunakan tes tertulis yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis pula. Tes tertulis yang digunakan adalah tes objektif atau pilihan ganda.

Kedudukan tes dalam penelitian ini merupakan suatu metode pokok atau paling utama, sedangkan yang lain hanya sebagai pelengkap. Dan tes ini diberikan kepada siswa. Tes digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang dilakukan setelah proses pembelajaran di kelas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Sebelum tes digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini, tes terlebih dahulu diberikan kepada respnden uji coba instrumen diluar sampel yang diambil dari sebagian responden penelitian, yaitu kelas VIII B dan kelas VIII C. Setelah tes instrumen uji coba diberikan, kemudian hasil tes dihitung validitasnya itemnya, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1.    Uji validitas tes hasil belajar
Validitas adalah instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Rumus yang digunakan :
rpbi =
Dimana :
rpbi    =    Koefisien point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisien validitas item
Mp    =    Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab, dengan benar.
Mt     =    Skor rata-rata dari skor total
SDt   =    Deviasi standar dari skor total
p       =    Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
q       =    Proporsi testee yang menjawab soal terhadap butir

2.    Uji Reliabilitas
Reabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipecaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instumen tersebut  sudah baik. (Suharsimi Arikunto, 2002: 154)
Penentuan reabilitas tes hasil belajar dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus K- R 20 yaitu  :
  
 Dengan keterangan :
 rii          = reabilitas instrumen
 k        = banyaknya butir pertanyaan
 Vt       = varians total
 p        = proporsi subjek yang menjawab butir dengan betul
             (proporsi subjek yang mempunyai skor 1)
q         = proporsi subjek yang mendapat skor 0 (q=1 – p)

3.    Taraf / Tingkat Kesukaran
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut.
Rumus mencari P adalah :
P =
Dimana :
P    = Indeks kesukaran
B    = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS  = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indek kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
a.    Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal Sukar
b.    Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
c.    Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

4.    Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa bodoh (berkemampuan rendah)
Rumus mencari D :
D =
Dimana :
J       =    Jumlah peserta tes
JA     =    Banyaknya peserta kelompok atas
JB     =    Banyaknya peserta kelompok bawah
BA    =    Banyaknya peserta kelompoka tas yang menjawab soal benar
BB    =    Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
Klasifikasi daya pembeda :
1.    D : 0,00-0,20 : jelek (poor)
2.    D : 0,20-0,40 : cukup (satisfactory)
3.    D : 0,40-0,70 : baik (good)
4.    D : 0,70-1,00 : baik sekali (excellent)
5.    D : Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7.


d.    Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis,. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian dan lain-lain.

Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan pedoman dokumensi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, misalnya tentang :
1.    Historis dan geografis Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2.    Sarana dan prasarana yang ada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaara Bungo.
3.    Struktur organisasi, data siswa dan guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo

5.      Analisis Data
Dalam analisis data untuk menguji hipotesis penelitian membandingkan skor rata-rata siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Untuk menguji kebermaknaan kedua kelas tersebut digunakan uji persamaan dan uji rata-rata dengan menggunakan uji t, sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji homogenitas ini juga dilakukan untuk menguji kelayakan sampel yang akan digunakan untuk penelitian. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.   Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat kelompok berdistribusi normal atau tidak, uji yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:
1).   Menentukan skor terbesar dan skot terkecil
2).   Menentukan rentang (R)
3).   Menentukan banyaknya kelas (BK) = 1+3,33 log n
4).   Menentukan panjang kelas
5).   Menentukan rata-rata atau mean
6).   Menentukan simpangan baku (S)
7).   Membuat daftar frekuensi yang diharapkan denan jalan:
a).   Menentukan batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan / kelas interval ditambah 0,5
b).   Mencari nilai Z skor untuk interval dengan rumus:
        
c).    Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z dengan menggunakan angka-angka batas kelas.
d).    Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga, dan seterusnya. Kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.
e).    Mencari frekuensi yan diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden
f).     Mencari Chi Kuadrat, dengan rumus:
 
g).    Membandingkan  dengan  
       Jika   , maka distribusi data tidak normal Jika  , maka distribusi data  normal
2.   Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang penulis gunakan adalah uji barlet dengan menggunakan tabel F.

    Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a.    Masukkan angka–angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel uji bartlet.
b.   

 
Menghitung varians sampel dengan rumus:
                                    S2   =
c.    Menghitung log


d.   

 
Menghitung nilai B dengan rumus:
                                    B = (log s2)
e.    Menghitung nilai Chi Kuadrat Hitung dengan rumus:
                   = (ln 10) {B -  ni – 1) log s}; dengan ln 10 =2,3026
f.     Bandingkan,  dengan2tabel  , atau a = 0,05 dan derajat       kebebasan (db) = k – 1, dengan kreteria pengujian sebagai berikut :
Jika,  → tidak homogen
Jika, , → homogen. (Suharsimin Arikunto, 2008:185)

3.      Uji Hipotesis
Data yang penulis peroleh dalam penelitian ini adalah yang bersifat kuantitatif. Maka penulis menganalisis data tersebut dengan menggunakan statistik, yaitu menggunakan rumus uji “t” tes.

Rumus “t” tes untuk dua sampel besar yang satu sama lain tidak mempunyai hubungan.
to =
Langkah yang perlu ditempuh adalah :
1.      Mencari Mean Variabel dengan rumus :
     M1 = M’ + i
2.      Mencari Mean Variabel II dengan rumus :
     M2 = M’ + i
3.      Mencari Deviasi Standar Variabel I dengan rumus :
      SD1 = i
4.      Mencari Deviasi Standar Variabel II dengan rumus :
SD2 = i
5.      Mencari Standar Error Mean Variabel I dengan rumus :
SEM1 =
6.      Mencari Standar Error Mean Variabel II dengan rumus :
SEM2 =
7.      Mencari standar error perbedaan mean Variabel I dan mean variabel II dengan rumus :
SEM1-M2 =  

8.      Mencari to dengan rumus :
to =

9.      Memberikan interprestasi
a.    Jika to lebih besar atau sama tt maka hipotesis nihil ditolak,    sebaliknya hipotesis alternatifnya diterima atau disetujui.
b.   Jika to lebih kecil dari tt maka hipotesis nihil diterima atau disetujui, sebaiknya Hipotesis Alternatifnya ditolak.


H.   Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan langkah-langkah dalam penelitian, penulis menyusun jadwal penelitian sebagai berikut :
No
Keterangan
Tahun 2012
November
Desember
April
Mei
Juni

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Pengajuan Judul


x





















2.
Pembuatan Proposal
























3.
Pengurusan Dosen Pembimbing





x


















4.
Seminar Proposal










x





x







5.
Perbaikan hasil Seminar














x
x








6.
Penyusunan IPD
























7.
Pengurusan Izin Riset
























8.
Riset Lapangan
























9.
Penulisan Skripsi
























10.
Perbaikan dari Pembimbing
























11.
Penyempuraan dan penggandaan
























Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kejadian”


DAFTAR PUSTAKA


Anonim . (2005), Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Depetemen Agama

Anonim. (2003). Undang-Undang SISDIKNAS. Jakarta : Sinar Grafindo Persada.

Agus Suprijono, (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anas Sudijono. (2005). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Anas Sudijono. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta ; Raja Grafindo Persada.

Elaine B Jhonson, (          ). Contektual Teaching dan Learning. Jakarta : MLC.

Kokom Komalasari, (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama

Made Pidarta. (1990). Cara Belajar Mengajar Di Univesitas Negara Maju. Jakarta ; Bumi Aksara.

Martinis Yamiin, (2006). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jambi : Gaung Persada.

Miftahul Huda, (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nana Sudjana, (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Nana Sanjaya, (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algosindo.

Ngalim Purwanto, (2008). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Oemar Hamalik, (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung ; Bumi Aksara.

 


Richard I. Arends, (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

S. Margono, (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Gaung Persada Pers.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfa Beta.

Suharsimi Arikunto, (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruksivisme . Jakarta : Prestasi Pustaka









 PROPOSAL SKRIPSI

NAMA            : Muhammad Muslih
NIM                 : TP. 100 768
JURUSAN     : Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS   : Tarbiyah
SEMESTER   : V (Lima)
JUDUL           : “PERBANDINGAN  ANTARA HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)  BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KABUPATEN MUARA BUNGO

A.   Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia baik formal maupun non formal adalah suatu pendidikan nasional yang mempunyai tujuan yang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Sebagai mana kita ketahui bahwa pendidikan sangat memegang peranan penting bagi negara kita guna meningkatkan derajat manusia dan memerangi kebodohan, karena pendidikan merupakan suatu dasar bagi pembentukan kepribadian dan untuk mempertinggi budi pekerti sehingga kita bisa hidup saling menghargai. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan nasional telah menggariskan kebijakan dasar pembinaan dan pembangunan pendidikan adalah sebagai berikut :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.( Anoniom, 2003:7)
Proses pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan seluruh aspek pribadi dalam mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil dalam suatu masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat diprioritaskan dalam pembangunan nasional, karena akan mewujudkan cita-cita dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia baik dari peningkatan anggaran untuk pendidikan, memperbaharui dan melengkapi sarana dan prasarana, memberikan penataran dan menyekolahkan guru yang berprestasi kejenjang yang lebih tinggi, memberikan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu dan yang berprestasi, perbaikan metode dan kurikulum.
Salah satu wadah untuk menciptakan manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang budaya, tingkat sosial, dan ekonomi siswanya adalah sekolah. Dengan adanya sekolah diharapkan dapat diterima oleh semua golongan yang berkepentingan terhadap lembaga tersebut.
Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan yang terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran. Kegiatan pembelajaran adalah suatu interaksi antara guru dan siswa untuk menciptakan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan tidak akan tercapai apabila interaksi pembelajaran tidak pernah berlangsung dalam pendidikan. Guru dan siswa adalah dua unsur yang terlibat langsung dalam proses itu.
Dengan tidak mengabaikan peranan atau fungsi dari beberapa komponen sebagai mana disebutkan diatas, secara khusus peneliti menekankan pada suatu komponen tersebut yaitu metode mengajar.
Model pembelajaran ialah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.. Dengan menggunakan model  ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedang siswa sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses ini akan berjalan baik, bila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang menghubungkan kegiatan belajar siswa.(Trianto, 2007:5)
Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik, kegiatan pembelajaran pun tampak kaku dan anak didik kurang bergairah dalam belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru akan gagal dalam menyampaikan pesan-pesan keilmuan dan anak didik akan dirugikan.
Tidak semua pelajaran Al-Quran Hadits dapat dijelaskan oleh guru dengan menggunakan satu metode saja, terkadang dalam satu pembahasan yang dalam memahami dan menguasainya harus menggunakan lebih dari satu metode pengajaran, sehingga dalam belajar siswa tidak hanya menerima apa yang dijelaskan oleh gurunya saja melainkan siswa juga dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep Al-Qur’an Hadits yang dipelajarinya. Dengan demikian maka pelajaran akan lebih mudah dipahami siswa dan akan lebih lama tinggal di ingatannya. Kemudian ada beberapa kelemahan yang berpusat pada guru. Kelemahan itu dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi antar siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan dikelas bukanlah asal pakai tetapi setelah melalui seleksi yang bersesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, jarang sekali melihat guru merumuskan tujuan pembelajaran hanya dengan satu rumusan, tetapi guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya gurupun menggunakan lebih dari satu metode dalam pembelajarannya.
Proses belajar mengajar Al-Qur’an Hadits yang dilakukan di dalam kelas oleh guru bisa dilaksanakan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share , sebagai pendukung bagi metode lainnya yang telah diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Kokom Komalasari : “Model pembelajaran Numbered Head Together ialah model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa”.
Menurut Trianto “Model pembelajaran Think Pair Share adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.
Menggunakan model pembelajaran tipe numbered head together dalam proses belajar mengajar ini besar sekali manfaatnya, dimana  siswa bukan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru tetapi ada interaksi antara siswa yang satu dengan lainnya dan bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Dan dengan adanya model pembelajaran ini diharapkan dapat mendidik siswa menjadi manusia dewasa sebagai mahluk sosial dan dengan metode belajar mandiri ini siswa tidak dimaksudkan belajar secara indivualitas, bahkan sebaliknya situasi belajar mandiri ini dibina untuk belajar secara berkelompok dan setiap murid menjadi partner sesamanya.
Permasalahan yang terjadi membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yaitu sebagai mana kita ketahui dilema yang selalu kita temui disetiap sekolah, bahwa siswa sangat sulit untuk meningkatkan atau ditingkatkan hasil belajarnya. Kesulitan-kesulitan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya penggunaan model pengajaran, maksudnya ialah model yang digunakan tidak sesuai dengan materi atau tujuan yang hendak dicapai, terkadang juga guru yang monoton dalam menggunakan model pembelajaran sehingga anak didik merasa bosan dan kurang bergairah dalam belajar.
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lapangan di SMPN 1 Kabupaten Muara Bungo, dimana pengajar disini mempunyai berbagai macam cara untuk memberikan bimbingan belajar kepada siswanya. Semakin beragam metode pengajaran maka semakin bervariasi pula hasil yang dicapai siswanya. Perbedaan hasil inilah yang menarik  penulis untuk mengadakan penelitian, karena menurut hasil pengamatan penulis sementara, siswa yang mempunyai hasil belajar lebih baik adalah siswa yang dibimbing oleh gurunya dari pada siswa dibiarkan belajar sendiri tanpa ada bimbingan dari gurunya.
Beranjak dari sinilah timbul keinginan penulis untuk mengadakan suatu kajian dan menulis skripsi dengan judul :”PERBANDINGAN ANTARA HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR  SHARE (TPS) BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KABUPATEN MUARA BUNGO”.


B.   Rumusan Masalah
1.    Desain penelitian
X                      Y
X1                    Y1
X2                    Y2
Keterangan:
X         =       pembelajaran
Y         =       hasil pembelajaran
 X1       =       Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran numbered head together
Y1        =       hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran numbered head together
X2        =       pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran think pair share
Y2        =       hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran think pair share
Y1: Y2 = ( Y1  > Y2 )

2.    Pernyataan penelitian
                Berdasarkan rumusan masalah diatas dan sesuai dengan judul yang disajikan maka yang menjadi pernyataan penelitian adalah “ Apa benar ada perbandingan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model pembelajaran tipe think pair share terhadap hasil belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.


3.  Pertanyaan penelitian
Dari pernyataan penelitian diatas  maka pertanyaan penelitian ada tiga yaitu:
a.  Seberapa besar skor hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together  bidang studi biologi  di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kapubaten Muara Bungo. (Y1)
b. Seberapa besar skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share bidang studi biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Bungo. (Y­2)
c. Seberapa besar skor signifikan  perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo. ( Taraf signifikasi 5% - 1% )

C.   Batasan Masalah           
Agar penelitian ini terfokus pada masalah yang akan diteliti dan juga banyak faktor yang mempengaruhi penelitian ini, serta dengan terbatasnya kemampuan yang penulis miliki, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.      Siswa yang akan diteiliti hanya kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2.      Model pembelajaran  yang digunakan hanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
3.      Sasaran penelitian adalah perbandingan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

D.   Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a.    Ingin mengetahui berapa besar skor hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together  pada bidang studi Biologi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo ?
b.    Ingin mengetahui berapa besar skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo ?
c.    Ingin mengetahui berapa besar skor signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah Pertama Negeri  1 Kabupaten Muara Bungo.      
2.      Kegunaan Penelitian
a.    Untuk memberikan gambaran tentang perbedaan hasil belajar yang dicapai siswa dengan menggunakan berbagai model pembelajaran.
b.    Untuk menyajikan informasi sebagai bahan masukan karena para pendidik atau pengajar harus pandai memberikan materi dengan berbagai macam model pembelajaran.
c.    Untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
d.    Untuk dapat menimbulkan dorongan semangat kepada para pendidik untuk meningkatkan cara penyajian materi pembelajaran yang bervariasi.
e.    Untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu (S.1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi.

E.    Kerangka Teori
Yang dimaksud dengan kerangka teori disini adalah yang berhubungan dengan permasalahan diatas, guna untuk menghubungkan antara teori yang ada dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi dan sebagai landasan tempat mengambil patokan pembahasan yang berdasarkan dari kenyataan-kenyataan yang terjadi, teori-teori yang ingin dipaparkan dalam kerangka teori adalah model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan juga hasil belajar siswa.
1.    Hasil Belajar
a.    Defenisi Konseptual
‘’Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria-kriteria tetentu, hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa’’. (Nana Sudjana, 2008:3)
Yang dimaksud dengan hasil belajar atau achievement ialah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu. (Ngalim Purwanto, 2008:33).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. (Oemar Hamalik, 2001:155)

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman pelajarannya.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom seorang maha guru dari Universitas Chicago yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu :
1.    Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yaitu :
a.    Pengetahuan atau ingatan
b.    Pemahaman
c.    Aplikasi
d.    Analisis
e.    Sintesa
f.     Evaluasi
2.    Ranah Afektif
Ranah afektif ini berkenaan dengan sikap dan nilai, yang terdiri dari lima aspek, yaitu :
a.    Penerimaan
b.    Jawaban atau reaksi
c.    Penilaian
d.    Organisasi
e.    Internalisasi

3.    Ranah Psikomotorik
a.    Gerakan reflek
b.    Keterampilan gerak dasar
c.    Kemampuan perseptual
d.    Keharmonisan
e.    Gerakan keterampilan kompleks
f.     Gerakan ekspresif dan interpetatif  (Nana Sudjana, 2008:3)
Dari ketiga ranah tersebut yang menjadi fokus penilaian hasil belajar dalam penelitian ini adalah ranah kognitif.
b.    Defenisi Operasional
     Hasil belajar merupakan perubahan pola tingkah laku yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar adalah semua aspek belajar tingkah laku dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang diperoleh melalui penilaian dan pembuktian melalui angka atau huruf, dan suatu pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksionalnya dapat dicapai.
Evaluasi berupa tes hasil belajar yang akan dilakukan adalah dengan cara memberikan kepada siswa sebanyak 25 (dua puluh lima) butir soal yang sebelumnya akan dilakukan uji coba tes.






Tabel 1. Kisi-Kisi Soal
No
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Butir Soal
Jumlah
1.
Hasil belajar
Pengetahuan


Pemahaman


Penerapan

·         Menjelaskan
·         Mendeskripsikan

·         Menyebutkan
·         Membandingkan

·         Mengurutkan
·         Menyimpulkan
1,2,3,4,5,6,7,8,9
18,19,20,21


10,11,12,13,14
23,24,25

15,16,17
22

13


8


4



Jumlah

25

2.    Model Pembelajaran Numbered Head Together
a.    Defenisi Konseptual

Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Model pembelajaran numbered head together ialah model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. (Kokom Komalasari, 2010: 62 )



Model pembelajaran numbered head together adalah pendekatan  yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviuw berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu, dengan cara mengarahkan pertanyaan kepada seluruh siswa.(Richard I. Arends, 2008:16)
Keuntungannya :
1.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling Sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling kecil.
2.    Meningkatkan semangat kerja sama siswa.
3.    Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.(Miftahul Huda, 2011:138)

b.    Defenisi Operasional

Model pembelajaran numbered head together yang dimaksudkan disini merupakan model pembelajaran yang melibatkan banyak siswa dimana siswa  dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian setiap siswa diberi nomor dan secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Model pembelajaran ini juga melibatkan banyak siswa.

3.    Model Pembelajaran Think Pair Share
a.    Defenisi Konseptual

Model instruksional merupakan bagian dari strategi instruksional, metode instruksional berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.(Richard I.Arend, 2008: 4)

Seperti namanya “ Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk diperkirakan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.

Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini guru meminta siswa berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada setiap pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah diperkirakan melalui intersubjektif dengan pasanganya.

Hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengontruksian pengetahuan secara intregatif. Siswa dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya. (Agus Suprijono, 2010:91)
Model pembelajaran Think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir.(Kokom Komalasari, 2010:64
Model ini memiliki keuntungan diantaranya yaitu:
1.    Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
2.    Mengoptimalkan partisipasi siswa.
3.    Memberi kesempatan kepada sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
4.    Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dengan tingkatan siswa.(Miftahul Huda, 2011:136)


Dalam hal ini menggunakan langkah-langkah (fase) sebagai berikut:
Langkah 1 : Berpikir (thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Langkah 2 : Berpasangan (pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi (sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk   berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif  untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. (Kokom Komalasari, 2010:64)

b.    Defenisi Operasional
Seseorang itu belajar karena berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mengubah tingkah laku. Belajar juga dapat dikatakan sebagai upaya perubahan tingkah laku dari serangkaian kegiatan misalnya membaca, mendengar, mengamati, meniru dan sebagainya.
Di dalam belajar terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya salah satu faktor psikologis. Diantaranya, faktor motivasi, konsentrasi, reaksi pemahaman, organisasi, ulangan, pelatihan, minat, faktor ingin tahu dan sifat kreatif anak didik dan lain sebagainya.
Jadi model pembelajaran think pair share adalah model pembelajaran dimana guru mengajukan pertanyaan  mengenai pelajaran untuk diperkirakan kepada siswa. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban. Selanjutnya guru-guru meminta siswa untuk berpasangan-pasangan dan berdiskusi, kemudian hasil diskusi tersebut dibicarakan dengan pasangan kelas. Diharapkan dengan adanya model ini akan terjadi pola interaksi antar siswa

F.    Hipotesis
Dalam penelitian yang diuji kebenarannya perlu sekali adanya hipotesis atau anggapan sementara sebagai awal tempat berangkat atau titik tolak dalam penelitian yang penulis laksanakan ini.
Adapun yang menjadi anggapan sementara bagi penulis adalah :
Ha     : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada mata pelajaran biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo (to > tt = Ha diterima)
H0     :  Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together  dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada mata pelajaran Biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo (to< tt = Ha ditolak)





G.   Prosedur Penelitian
1.      Jenis dan Lingkup Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan dua kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Lingkup penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo. Dengan maksud untuk membuktikan seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share  terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.

2.      Populasi dan Sampel
a.      Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualifikasi dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Elanie B. Jhonson:152)
Adapun populasi dalam  penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo yang berjumlah 213 siswa yang terdiri dari 6 lokal, yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, dan VIII F. Dengan jumlah seluruh siswanya adalah 213 orang siswa







Tabel 2 Jumlah siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo

No
Kelas
Jumlah Siswa
Keterangan
1
2
3
4
5
6
VIII A
VIII B
VIII C
VIII D
VIII E
VIII F
30
37
37
38
36
35


Jumlah
213


Peneliti memilih kelas VIII untuk dijadikan populasi terjangkau karena berdasarkan materi yang akan disampaikan pada saat penelitian yaitu pertumbuhan dan perkembangan, dan materi itu hanya terdapat pada kelas VIII.

b.      Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (S. Margono 2008: hal 127)
Mengingat luasnya populasi dalam penelitian ini, dengan pertimbangan keterbatasan waktu yang ada, biaya, dan tenaga maka peneliti hanya melakukan terhadap kelas sampel yang merupakan wakil dari populasi. Untuk mendapatkan dua kelas sampel dari 6 kelas populasi digunakan teknik sampel random.

“Teknik sampling random ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel”.

Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut mulai dari 1 sampai dengan banyak subjek. Di dalam pengambilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu besarnya jumlah sampel yang paling baik.(Suharsimi Arikunto, 2010:177)

Sebelum ditentukan kelas eksperimen 1 dan dan kelas eksperimen 2 dari 6 kelas tersebut, terlebih dahulu peneliti melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun kelas eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan kelas eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran tipe TPS.

3.      Jenis dan Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dipergunakan sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan data penelitian lapangan. Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.    Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu :
1)    Data Primer
“Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh peneliti dan merupakan data utama dalam penelitian”.(S. Margono, 2008: 127)

Data primer ini didapat dari kenyataan-kenyataan yang langsung ditemui dari lokasi penelitian. Data primer tersebut diperoleh dari hasil angket atau tes yang disebarkan oleh peneliti kepada siswa yang dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini.

2)    Data Sekunder
“Data sekunder adalah data yang dihimpun melalui tangan kedua dan merupakan data pelengkap dalam penelitian”. (Anas Sudjiono, 2007:76)
Adapun data sekunder dalam penelitian ini seperti :
a.    Historis dan geografis
b.    Struktur organisasi
c.    Keadaan guru dan siswa
d.    Keadaan sarana dan prasarana sekolah

b.    Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sesuai dengan metode yang dipahami, maka sumber data dalam penelitian ini adalah :
1.    Keadaan / kejadian, karena peneliti menggunakan teknik observasi.
2.    Orang (kepala sekolah, Guru dan Staf, Siswa) karena peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara, angket dan tes.
3.    Arsip / dokumentasi, peneliti menggunakan metode dokumentasi.

4.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan kongkrit serta sesuai dengan permasalahan yang diteliti penulis, maka peneliti menggunakan beberapa metode, antara lain :
a.    Observasi atau Pengamatan
Observasi diartikan sebagai cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang disajikan sasaran pengamatan. (Anas Sudjiono, 2007:76)
Observasi yang penulis gunakan adalah observasi langsung mengamati objek yang diambil datanya seperti geografis, sarana pendidikan, fasilitas pendidikan dan kegiatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.

b.    Interview atau Wawancara
“Interview adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan”. (Suharsimi Arikunto, 2007:52)

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi perolehan data berupa dokumentasi yakni data yang bersangkutan dengan sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi sekolah, jumlah tenaga pengajar, jumlah pegawai dan jumlah siswa.

c.    Tes
“Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. (Sugiyono, 2008:173)

Untuk teknik ini, penulis gunakan tes tertulis yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis pula. Tes tertulis yang digunakan adalah tes objektif atau pilihan ganda.

Kedudukan tes dalam penelitian ini merupakan suatu metode pokok atau paling utama, sedangkan yang lain hanya sebagai pelengkap. Dan tes ini diberikan kepada siswa. Tes digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang dilakukan setelah proses pembelajaran di kelas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Sebelum tes digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini, tes terlebih dahulu diberikan kepada respnden uji coba instrumen diluar sampel yang diambil dari sebagian responden penelitian, yaitu kelas VIII B dan kelas VIII C. Setelah tes instrumen uji coba diberikan, kemudian hasil tes dihitung validitasnya itemnya, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1.    Uji validitas tes hasil belajar
Validitas adalah instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Rumus yang digunakan :
rpbi =
Dimana :
rpbi    =    Koefisien point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisien validitas item
Mp    =    Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab, dengan benar.
Mt     =    Skor rata-rata dari skor total
SDt   =    Deviasi standar dari skor total
p       =    Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
q       =    Proporsi testee yang menjawab soal terhadap butir

2.    Uji Reliabilitas
Reabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipecaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instumen tersebut  sudah baik. (Suharsimi Arikunto, 2002: 154)
Penentuan reabilitas tes hasil belajar dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus K- R 20 yaitu  :
  
 Dengan keterangan :
 rii          = reabilitas instrumen
 k        = banyaknya butir pertanyaan
 Vt       = varians total
 p        = proporsi subjek yang menjawab butir dengan betul
             (proporsi subjek yang mempunyai skor 1)
q         = proporsi subjek yang mendapat skor 0 (q=1 – p)

3.    Taraf / Tingkat Kesukaran
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut.
Rumus mencari P adalah :
P =
Dimana :
P    = Indeks kesukaran
B    = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS  = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indek kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
a.    Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal Sukar
b.    Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
c.    Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

4.    Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa bodoh (berkemampuan rendah)
Rumus mencari D :
D =
Dimana :
J       =    Jumlah peserta tes
JA     =    Banyaknya peserta kelompok atas
JB     =    Banyaknya peserta kelompok bawah
BA    =    Banyaknya peserta kelompoka tas yang menjawab soal benar
BB    =    Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
Klasifikasi daya pembeda :
1.    D : 0,00-0,20 : jelek (poor)
2.    D : 0,20-0,40 : cukup (satisfactory)
3.    D : 0,40-0,70 : baik (good)
4.    D : 0,70-1,00 : baik sekali (excellent)
5.    D : Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7.


d.    Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis,. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian dan lain-lain.

Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan pedoman dokumensi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, misalnya tentang :
1.    Historis dan geografis Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2.    Sarana dan prasarana yang ada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaara Bungo.
3.    Struktur organisasi, data siswa dan guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo

5.      Analisis Data
Dalam analisis data untuk menguji hipotesis penelitian membandingkan skor rata-rata siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Untuk menguji kebermaknaan kedua kelas tersebut digunakan uji persamaan dan uji rata-rata dengan menggunakan uji t, sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji homogenitas ini juga dilakukan untuk menguji kelayakan sampel yang akan digunakan untuk penelitian. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.   Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat kelompok berdistribusi normal atau tidak, uji yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:
1).   Menentukan skor terbesar dan skot terkecil
2).   Menentukan rentang (R)
3).   Menentukan banyaknya kelas (BK) = 1+3,33 log n
4).   Menentukan panjang kelas
5).   Menentukan rata-rata atau mean
6).   Menentukan simpangan baku (S)
7).   Membuat daftar frekuensi yang diharapkan denan jalan:
a).   Menentukan batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan / kelas interval ditambah 0,5
b).   Mencari nilai Z skor untuk interval dengan rumus:
        
c).    Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z dengan menggunakan angka-angka batas kelas.
d).    Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga, dan seterusnya. Kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.
e).    Mencari frekuensi yan diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden
f).     Mencari Chi Kuadrat, dengan rumus:
 
g).    Membandingkan  dengan  
       Jika   , maka distribusi data tidak normal Jika  , maka distribusi data  normal
2.   Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang penulis gunakan adalah uji barlet dengan menggunakan tabel F.

    Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a.    Masukkan angka–angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel uji bartlet.
b.   

 
Menghitung varians sampel dengan rumus:
                                    S2   =
c.    Menghitung log


d.   

 
Menghitung nilai B dengan rumus:
                                    B = (log s2)
e.    Menghitung nilai Chi Kuadrat Hitung dengan rumus:
                   = (ln 10) {B -  ni – 1) log s}; dengan ln 10 =2,3026
f.     Bandingkan,  dengan2tabel  , atau a = 0,05 dan derajat       kebebasan (db) = k – 1, dengan kreteria pengujian sebagai berikut :
Jika,  → tidak homogen
Jika, , → homogen. (Suharsimin Arikunto, 2008:185)

3.      Uji Hipotesis
Data yang penulis peroleh dalam penelitian ini adalah yang bersifat kuantitatif. Maka penulis menganalisis data tersebut dengan menggunakan statistik, yaitu menggunakan rumus uji “t” tes.

Rumus “t” tes untuk dua sampel besar yang satu sama lain tidak mempunyai hubungan.
to =
Langkah yang perlu ditempuh adalah :
1.      Mencari Mean Variabel dengan rumus :
     M1 = M’ + i
2.      Mencari Mean Variabel II dengan rumus :
     M2 = M’ + i
3.      Mencari Deviasi Standar Variabel I dengan rumus :
      SD1 = i
4.      Mencari Deviasi Standar Variabel II dengan rumus :
SD2 = i
5.      Mencari Standar Error Mean Variabel I dengan rumus :
SEM1 =
6.      Mencari Standar Error Mean Variabel II dengan rumus :
SEM2 =
7.      Mencari standar error perbedaan mean Variabel I dan mean variabel II dengan rumus :
SEM1-M2 =  

8.      Mencari to dengan rumus :
to =

9.      Memberikan interprestasi
a.    Jika to lebih besar atau sama tt maka hipotesis nihil ditolak,    sebaliknya hipotesis alternatifnya diterima atau disetujui.
b.   Jika to lebih kecil dari tt maka hipotesis nihil diterima atau disetujui, sebaiknya Hipotesis Alternatifnya ditolak.





































H.   Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan langkah-langkah dalam penelitian, penulis menyusun jadwal penelitian sebagai berikut :
No
Keterangan
Tahun 2012
November
Desember
April
Mei
Juni

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Pengajuan Judul


x





















2.
Pembuatan Proposal
























3.
Pengurusan Dosen Pembimbing





x


















4.
Seminar Proposal










x





x







5.
Perbaikan hasil Seminar














x
x








6.
Penyusunan IPD
























7.
Pengurusan Izin Riset
























8.
Riset Lapangan
























9.
Penulisan Skripsi
























10.
Perbaikan dari Pembimbing
























11.
Penyempuraan dan penggandaan
























Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kejadian”

DAFTAR PUSTAKA


Anonim . (2005), Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Depetemen Agama

Anonim. (2003). Undang-Undang SISDIKNAS. Jakarta : Sinar Grafindo Persada.

Agus Suprijono, (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anas Sudijono. (2005). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Anas Sudijono. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta ; Raja Grafindo Persada.

Elaine B Jhonson, (          ). Contektual Teaching dan Learning. Jakarta : MLC.

Kokom Komalasari, (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama

Made Pidarta. (1990). Cara Belajar Mengajar Di Univesitas Negara Maju. Jakarta ; Bumi Aksara.

Martinis Yamiin, (2006). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jambi : Gaung Persada.

Miftahul Huda, (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nana Sudjana, (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Nana Sanjaya, (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algosindo.

Ngalim Purwanto, (2008). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Oemar Hamalik, (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung ; Bumi Aksara.

 

Richard I. Arends, (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

S. Margono, (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Gaung Persada Pers.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfa Beta.

Suharsimi Arikunto, (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruksivisme . Jakarta : Prestasi Pustaka