Proposal Sekripsi Pendidiikan
PROPOSAL SKRIPSI
NAMA : Muhammad Muslih
NIM : TP. 100 768
JURUSAN : Pendidikan Agama
Islam
FAKULTAS : Tarbiyah
SEMESTER : V (Lima)
JUDUL
: “PERBANDINGAN ANTARA HASIL
BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 1
KABUPATEN MUARA BUNGO
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia baik
formal maupun non formal adalah suatu pendidikan nasional yang mempunyai tujuan
yang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Sebagai mana kita ketahui bahwa
pendidikan sangat memegang peranan penting bagi negara kita guna meningkatkan
derajat manusia dan memerangi kebodohan, karena pendidikan merupakan suatu
dasar bagi pembentukan kepribadian dan untuk mempertinggi budi pekerti sehingga
kita bisa hidup saling menghargai. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan
nasional telah menggariskan kebijakan dasar pembinaan dan pembangunan
pendidikan adalah sebagai berikut :
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.(
Anoniom, 2003:7)
Proses pendidikan merupakan salah satu
upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan seluruh aspek pribadi dalam
mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil dalam suatu masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat diprioritaskan dalam
pembangunan nasional, karena akan mewujudkan cita-cita dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Berbagai usaha telah dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia baik dari
peningkatan anggaran untuk pendidikan, memperbaharui dan melengkapi sarana dan
prasarana, memberikan penataran dan menyekolahkan guru yang berprestasi
kejenjang yang lebih tinggi, memberikan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu
dan yang berprestasi, perbaikan metode dan kurikulum.
Salah satu wadah untuk menciptakan
manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang budaya, tingkat sosial,
dan ekonomi siswanya adalah sekolah. Dengan adanya sekolah diharapkan dapat
diterima oleh semua golongan yang berkepentingan terhadap lembaga tersebut.
Pendidikan sekolah merupakan pendidikan
yang berjenjang dan berkesinambungan yang terdiri dari pendidikan dasar,
menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang
dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran. Kegiatan pembelajaran adalah suatu
interaksi antara guru dan siswa untuk menciptakan tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan pendidikan tidak akan tercapai apabila interaksi pembelajaran tidak
pernah berlangsung dalam pendidikan. Guru dan siswa adalah dua unsur yang
terlibat langsung dalam proses itu.
Dengan tidak mengabaikan peranan atau
fungsi dari beberapa komponen sebagai mana disebutkan diatas, secara khusus
peneliti menekankan pada suatu komponen tersebut yaitu metode mengajar.
Model pembelajaran ialah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain.. Dengan menggunakan model ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan siswa
sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah
interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau
pembimbing, sedang siswa sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses ini akan
berjalan baik, bila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Oleh karenanya metode
mengajar yang baik adalah metode yang menghubungkan kegiatan belajar siswa.(Trianto,
2007:5)
Penggunaan satu metode lebih cenderung
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik,
kegiatan pembelajaran pun tampak kaku dan anak didik kurang bergairah dalam
belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak
didik. Guru akan gagal dalam menyampaikan pesan-pesan keilmuan dan anak didik
akan dirugikan.
Tidak semua pelajaran Al-Quran Hadits dapat dijelaskan
oleh guru dengan menggunakan satu metode saja, terkadang dalam satu pembahasan
yang dalam memahami dan menguasainya harus menggunakan lebih dari satu metode
pengajaran, sehingga dalam belajar siswa tidak
hanya menerima apa yang dijelaskan oleh gurunya saja melainkan siswa juga
dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep Al-Qur’an Hadits
yang dipelajarinya. Dengan demikian maka pelajaran akan lebih mudah dipahami
siswa dan akan lebih lama tinggal di ingatannya. Kemudian ada beberapa kelemahan
yang berpusat pada guru. Kelemahan itu dapat dilihat pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran di kelas, interaksi antar siswa dengan guru atau siswa
dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau
bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam
kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar
sendiri-sendiri.
Metode mengajar yang
guru gunakan dalam setiap kali pertemuan dikelas bukanlah asal pakai tetapi
setelah melalui seleksi yang bersesuaian dengan perumusan tujuan intruksional
khusus, jarang sekali melihat guru merumuskan tujuan pembelajaran hanya dengan
satu rumusan, tetapi guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya
gurupun menggunakan lebih dari satu metode dalam pembelajarannya.
Proses belajar mengajar Al-Qur’an Hadits yang dilakukan di dalam
kelas oleh guru bisa dilaksanakan dengan berbagai metode, salah satunya adalah
dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share , sebagai pendukung
bagi metode lainnya yang telah diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
Menurut Kokom Komalasari : “Model
pembelajaran Numbered Head Together ialah model pembelajaran dimana
setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak
guru memanggil nomor dari siswa”.
Menurut Trianto “Model pembelajaran Think Pair Share adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.
Menggunakan model pembelajaran tipe numbered head together dalam proses
belajar mengajar ini besar sekali manfaatnya, dimana siswa bukan hanya mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru tetapi ada interaksi antara siswa yang satu dengan
lainnya dan bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran.
Dan dengan adanya model pembelajaran ini diharapkan dapat mendidik siswa
menjadi manusia dewasa sebagai mahluk sosial
dan dengan metode belajar mandiri ini siswa tidak dimaksudkan belajar secara
indivualitas, bahkan sebaliknya situasi belajar mandiri ini dibina untuk
belajar secara berkelompok dan setiap murid menjadi partner sesamanya.
Permasalahan yang terjadi membuat
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yaitu sebagai mana kita ketahui
dilema yang selalu kita temui disetiap sekolah, bahwa siswa sangat sulit untuk
meningkatkan atau ditingkatkan hasil belajarnya. Kesulitan-kesulitan ini bisa
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya penggunaan model pengajaran,
maksudnya ialah model yang digunakan tidak sesuai dengan materi atau tujuan
yang hendak dicapai, terkadang juga guru yang monoton dalam menggunakan model
pembelajaran sehingga anak didik merasa bosan dan kurang bergairah dalam
belajar.
Maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lapangan di SMPN 1
Kabupaten Muara Bungo,
dimana pengajar disini mempunyai berbagai macam cara untuk memberikan bimbingan
belajar kepada siswanya. Semakin beragam metode pengajaran maka semakin
bervariasi pula hasil yang dicapai siswanya. Perbedaan hasil inilah yang
menarik penulis untuk mengadakan
penelitian, karena menurut hasil pengamatan penulis sementara, siswa yang
mempunyai hasil belajar lebih baik adalah siswa yang dibimbing oleh gurunya
dari pada siswa dibiarkan belajar sendiri tanpa ada bimbingan dari gurunya.
Beranjak dari sinilah timbul keinginan
penulis untuk mengadakan suatu kajian dan menulis skripsi dengan judul :”PERBANDINGAN ANTARA HASIL BELAJAR SISWA
YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE (TPS) BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 1 KABUPATEN MUARA BUNGO”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Desain
penelitian
X Y
X1 Y1
X2 Y2
Keterangan:
X =
pembelajaran
Y =
hasil pembelajaran
X1 =
Pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran numbered head together
Y1
= hasil
belajar yang menggunakan model pembelajaran numbered
head together
X2
= pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran think
pair share
Y2 = hasil
belajar yang menggunakan model pembelajaran think
pair share
Y1: Y2 = ( Y1 > Y2 )
2. Pernyataan
penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah diatas dan sesuai dengan judul yang
disajikan maka yang menjadi pernyataan
penelitian adalah “ Apa benar ada perbandingan yang
signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model
pembelajaran tipe think pair share terhadap
hasil belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
3. Pertanyaan
penelitian
Dari pernyataan penelitian
diatas maka pertanyaan
penelitian ada tiga yaitu:
a. Seberapa besar skor hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together bidang studi biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kapubaten Muara Bungo. (Y1)
b. Seberapa besar skor hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share bidang studi biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Bungo. (Y2)
c. Seberapa besar skor signifikan
perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo. (
Taraf signifikasi 5% - 1% )
C.
Batasan
Masalah
Agar penelitian ini terfokus
pada masalah yang akan diteliti dan juga banyak faktor yang mempengaruhi
penelitian ini, serta dengan terbatasnya kemampuan yang penulis miliki, maka
penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Siswa
yang akan diteiliti hanya kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2. Model
pembelajaran yang digunakan hanya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
3. Sasaran
penelitian adalah perbandingan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
D.
Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Ingin
mengetahui berapa besar skor hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered head together
pada bidang studi Biologi Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo ?
b. Ingin
mengetahui berapa besar skor hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share pada bidang studi Al-Qur’an Hadits
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo ?
c. Ingin
mengetahui berapa besar skor signifikan dalam penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered head together
dan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2.
Kegunaan
Penelitian
a. Untuk
memberikan gambaran tentang perbedaan hasil belajar yang dicapai siswa dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran.
b. Untuk
menyajikan informasi sebagai bahan masukan karena para pendidik atau pengajar
harus pandai memberikan materi dengan berbagai macam model pembelajaran.
c. Untuk
membuktikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share.
d. Untuk
dapat menimbulkan dorongan semangat kepada para pendidik untuk meningkatkan
cara penyajian materi pembelajaran yang bervariasi.
e. Untuk
memenuhi persyaratan guna mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu (S.1) pada
jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi.
E.
Kerangka
Teori
Yang dimaksud dengan
kerangka teori disini adalah yang berhubungan dengan permasalahan diatas, guna
untuk menghubungkan antara teori yang ada dengan kenyataan-kenyataan yang
terjadi dan sebagai landasan tempat mengambil patokan pembahasan yang
berdasarkan dari kenyataan-kenyataan yang terjadi, teori-teori yang ingin
dipaparkan dalam kerangka teori adalah model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dan juga hasil belajar siswa.
1.
Hasil
Belajar
a. Defenisi
Konseptual
‘’Hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria-kriteria
tetentu, hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar
siswa’’. (Nana Sudjana, 2008:3)
Yang dimaksud dengan hasil belajar atau achievement ialah tes yang digunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada
murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu
tertentu. (Ngalim Purwanto, 2008:33).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. (Oemar Hamalik, 2001:155)
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman pelajarannya.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom seorang maha guru dari
Universitas Chicago yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu
:
1. Ranah
Kognitif
Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yaitu :
a. Pengetahuan
atau ingatan
b. Pemahaman
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesa
f. Evaluasi
2. Ranah
Afektif
Ranah afektif ini berkenaan
dengan sikap dan nilai, yang terdiri dari lima aspek, yaitu :
a. Penerimaan
b. Jawaban
atau reaksi
c. Penilaian
d. Organisasi
e. Internalisasi
3. Ranah
Psikomotorik
a. Gerakan
reflek
b. Keterampilan
gerak dasar
c. Kemampuan
perseptual
d. Keharmonisan
e. Gerakan
keterampilan kompleks
f. Gerakan
ekspresif dan interpetatif (Nana
Sudjana, 2008:3)
Dari ketiga ranah tersebut
yang menjadi fokus penilaian hasil belajar dalam penelitian ini adalah ranah
kognitif.
b. Defenisi
Operasional
Hasil belajar merupakan perubahan pola
tingkah laku yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu
yang lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar adalah semua
aspek belajar tingkah laku dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang diperoleh melalui
penilaian dan pembuktian melalui angka atau huruf, dan suatu pengajaran
dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksionalnya dapat dicapai.
Evaluasi berupa tes hasil
belajar yang akan dilakukan adalah dengan cara memberikan kepada siswa sebanyak
25 (dua puluh lima) butir soal yang sebelumnya akan dilakukan uji coba tes.
Tabel 1. Kisi-Kisi Soal
No
|
Variabel
|
Sub Variabel
|
Indikator
|
Butir Soal
|
Jumlah
|
1.
|
Hasil
belajar
|
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
|
·
Menjelaskan
·
Mendeskripsikan
·
Menyebutkan
·
Membandingkan
·
Mengurutkan
·
Menyimpulkan
|
1,2,3,4,5,6,7,8,9
18,19,20,21
10,11,12,13,14
23,24,25
15,16,17
22
|
13
8
4
|
|
|
|
Jumlah
|
|
25
|
2.
Model
Pembelajaran Numbered Head Together
a.
Defenisi
Konseptual
Model pembelajaran adalah suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain.
Model pembelajaran numbered head together ialah model pembelajaran dimana setiap siswa
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil
nomor dari siswa. (Kokom Komalasari, 2010: 62 )
Model
pembelajaran numbered head together
adalah pendekatan yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviuw berbagai
materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran untuk memeriksa pemahaman mereka
tentang isi pelajaran itu, dengan cara mengarahkan pertanyaan kepada seluruh
siswa.(Richard I. Arends, 2008:16)
Keuntungannya :
1. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling Sharing
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling kecil.
2. Meningkatkan
semangat kerja sama siswa.
3. Dapat
digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.(Miftahul Huda, 2011:138)
b. Defenisi Operasional
Model pembelajaran numbered
head together yang dimaksudkan disini merupakan model pembelajaran yang
melibatkan banyak siswa dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian
setiap siswa diberi nomor dan secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Model pembelajaran ini juga melibatkan banyak siswa.
3.
Model
Pembelajaran Think Pair Share
a.
Defenisi
Konseptual
Model instruksional merupakan bagian
dari strategi instruksional, metode instruksional berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu.(Richard I.Arend, 2008: 4)
Seperti namanya “ Thinking”, pembelajaran
ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran
untuk diperkirakan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka
memikirkan jawabannya.
Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini
guru meminta siswa berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada setiap
pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat
memperdalam makna dari jawaban yang telah diperkirakan melalui intersubjektif
dengan pasanganya.
Hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap
pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal
dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong
pada pengontruksian pengetahuan secara intregatif. Siswa dapat menemukan
struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya. (Agus Suprijono, 2010:91)
Model pembelajaran Think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Model pembelajaran ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu
tunggu. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan
kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa
lebih banyak waktu berpikir.(Kokom Komalasari, 2010:64
Model ini memiliki keuntungan
diantaranya yaitu:
1. Memungkinkan
siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
2. Mengoptimalkan
partisipasi siswa.
3. Memberi
kesempatan kepada sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa
untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
4. Bisa
diterapkan untuk semua mata pelajaran dengan tingkatan siswa.(Miftahul Huda,
2011:136)
Dalam hal ini menggunakan
langkah-langkah (fase) sebagai berikut:
Langkah 1 : Berpikir (thinking)
Guru mengajukan suatu
pertanyan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Langkah 2 : Berpasangan (pairing)
Selanjutnya guru meminta
siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.
Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang
diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
Langkah
3 : Berbagi (sharing)
Pada langkah akhir, guru
meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke
pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan
untuk melaporkan. (Kokom Komalasari, 2010:64)
b.
Defenisi
Operasional
Seseorang itu belajar karena
berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mengubah tingkah laku. Belajar
juga dapat dikatakan sebagai upaya perubahan tingkah laku dari serangkaian
kegiatan misalnya membaca, mendengar, mengamati, meniru dan sebagainya.
Di dalam belajar terdapat
banyak faktor yang mempengaruhinya salah satu faktor psikologis. Diantaranya,
faktor motivasi, konsentrasi, reaksi pemahaman, organisasi, ulangan, pelatihan,
minat, faktor ingin tahu dan sifat kreatif anak didik dan lain sebagainya.
Jadi model pembelajaran think pair share adalah model
pembelajaran dimana guru mengajukan pertanyaan
mengenai pelajaran untuk diperkirakan kepada siswa. Kemudian guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban. Selanjutnya
guru-guru meminta siswa untuk berpasangan-pasangan dan berdiskusi, kemudian
hasil diskusi tersebut dibicarakan dengan pasangan kelas. Diharapkan dengan
adanya model ini akan terjadi pola interaksi antar siswa
F.
Hipotesis
Dalam penelitian yang diuji
kebenarannya perlu sekali adanya hipotesis atau anggapan sementara sebagai awal
tempat berangkat atau titik tolak dalam penelitian yang penulis laksanakan ini.
Adapun yang menjadi anggapan
sementara bagi penulis adalah :
Ha : Terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share pada mata pelajaran biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo (to
> tt = Ha diterima)
H0 : Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share pada mata pelajaran Biologi
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo (to<
tt = Ha ditolak)
G.
Prosedur
Penelitian
1.
Jenis
dan Lingkup Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang akan
dilakukan adalah dengan menggunakan dua kelas eksperimen. Kelas eksperimen
adalah kelas yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered head together dan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Lingkup penelitian ini mengambil lokasi
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo.
Dengan maksud untuk membuktikan seberapa besar pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2.
Populasi
dan Sampel
a. Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualifikasi dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. (Elanie B. Jhonson:152)
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo yang berjumlah 213
siswa yang terdiri dari 6 lokal, yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D,
VIII E, dan VIII F. Dengan jumlah seluruh siswanya adalah 213 orang siswa
Tabel 2 Jumlah siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo
No
|
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
VIII
A
VIII
B
VIII
C
VIII
D
VIII
E
VIII
F
|
30
37
37
38
36
35
|
|
|
Jumlah
|
213
|
|
Peneliti memilih kelas VIII untuk dijadikan populasi
terjangkau karena berdasarkan materi yang akan disampaikan pada saat penelitian
yaitu pertumbuhan dan perkembangan, dan
materi itu hanya terdapat pada kelas VIII.
b. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (S. Margono 2008: hal 127)
Mengingat luasnya populasi dalam
penelitian ini, dengan pertimbangan keterbatasan waktu yang ada, biaya, dan
tenaga maka peneliti hanya melakukan terhadap kelas sampel yang merupakan wakil
dari populasi. Untuk mendapatkan dua kelas sampel dari 6 kelas populasi
digunakan teknik sampel random.
“Teknik sampling random ini diberi nama
demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur”
subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan
(chance) dipilih menjadi sampel. Oleh
karena hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin
mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel”.
Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi,
diberi nomor urut mulai dari
1 sampai dengan banyak subjek. Di dalam pengambilan sampel biasanya peneliti
sudah menentukan terlebih dahulu besarnya jumlah sampel yang paling
baik.(Suharsimi Arikunto, 2010:177)
Sebelum ditentukan kelas eksperimen 1
dan dan kelas eksperimen 2 dari 6 kelas tersebut, terlebih dahulu peneliti
melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun kelas eksperimen 1
menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan kelas eksperimen 2 menggunakan
model pembelajaran tipe TPS.
3.
Jenis
dan Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang
dipergunakan sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan
data penelitian lapangan. Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Jenis
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua jenis data, yaitu :
1) Data
Primer
“Data primer adalah data yang dihimpun
langsung oleh peneliti dan merupakan data utama dalam penelitian”.(S. Margono,
2008: 127)
Data primer ini didapat dari
kenyataan-kenyataan yang langsung ditemui dari lokasi penelitian. Data primer
tersebut diperoleh dari hasil angket atau tes yang disebarkan oleh peneliti
kepada siswa yang dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini.
2) Data
Sekunder
“Data sekunder adalah data yang dihimpun
melalui tangan kedua dan merupakan data pelengkap dalam penelitian”. (Anas
Sudjiono, 2007:76)
Adapun data sekunder dalam penelitian
ini seperti :
a. Historis
dan geografis
b. Struktur
organisasi
c. Keadaan
guru dan siswa
d. Keadaan
sarana dan prasarana sekolah
b. Sumber
Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sesuai dengan
metode yang dipahami, maka sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Keadaan
/ kejadian, karena peneliti menggunakan teknik observasi.
2. Orang
(kepala sekolah, Guru dan Staf, Siswa) karena peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan metode wawancara, angket dan tes.
3. Arsip
/ dokumentasi, peneliti menggunakan metode dokumentasi.
4.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan
kongkrit serta sesuai dengan permasalahan yang diteliti penulis, maka peneliti
menggunakan beberapa metode, antara lain :
a. Observasi
atau Pengamatan
Observasi diartikan sebagai cara
menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang disajikan sasaran pengamatan. (Anas Sudjiono, 2007:76)
Observasi yang penulis gunakan adalah
observasi langsung mengamati objek yang diambil datanya seperti geografis,
sarana pendidikan, fasilitas pendidikan dan kegiatan pembelajaran di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten
Muara Bungo.
b. Interview
atau Wawancara
“Interview adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan
secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan”. (Suharsimi Arikunto, 2007:52)
Wawancara dalam penelitian ini digunakan
untuk melengkapi perolehan data berupa dokumentasi yakni data yang bersangkutan
dengan sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi sekolah, jumlah tenaga
pengajar, jumlah pegawai dan jumlah siswa.
c. Tes
“Tes adalah alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan”. (Sugiyono, 2008:173)
Untuk teknik ini, penulis gunakan tes
tertulis yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadannya dari jawaban yang diberikan secara
tertulis pula. Tes tertulis yang digunakan adalah tes objektif atau pilihan
ganda.
Kedudukan tes dalam penelitian ini
merupakan suatu metode pokok atau paling utama, sedangkan yang lain hanya
sebagai pelengkap. Dan tes ini diberikan kepada siswa. Tes digunakan untuk
mengambil data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang dilakukan
setelah proses pembelajaran di kelas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo yang menjadi sampel dalam
penelitian ini.
Sebelum tes digunakan sebagai alat
pengumpul data dalam penelitian ini, tes terlebih dahulu diberikan kepada
respnden uji coba instrumen diluar sampel yang diambil dari sebagian responden
penelitian, yaitu kelas VIII B dan kelas VIII C. Setelah tes instrumen uji coba diberikan, kemudian hasil tes
dihitung validitasnya itemnya, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Uji
validitas tes hasil belajar
Validitas adalah instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Rumus yang digunakan :
rpbi =
Dimana :
rpbi
= Koefisien
point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel
II yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisien validitas item
Mp = Skor
rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang
bersangkutan telah dijawab, dengan benar.
Mt = Skor
rata-rata dari skor total
SDt = Deviasi
standar dari skor total
p = Proporsi
testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas
itemnya
q = Proporsi
testee yang menjawab soal terhadap butir
2. Uji
Reliabilitas
Reabilitas menunjukan
pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipecaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instumen tersebut sudah baik.
(Suharsimi Arikunto, 2002: 154)
Penentuan reabilitas tes
hasil belajar dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus K- R 20 yaitu :
Dengan keterangan :
rii = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
Vt = varians total
p = proporsi subjek yang menjawab butir
dengan betul
(proporsi subjek yang mempunyai
skor 1)
q = proporsi subjek yang mendapat skor 0
(q=1 – p)
3. Taraf
/ Tingkat Kesukaran
Bermutu atau tidaknya
butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat
kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut.
Rumus mencari P adalah :
P =
Dimana :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang
sering diikuti, indek kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Soal
dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal Sukar
b. Soal
dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
c. Soal
dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.
4. Daya
Pembeda
Daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan siswa bodoh (berkemampuan rendah)
Rumus mencari D :
D =
Dimana :
J = Jumlah
peserta tes
JA = Banyaknya
peserta kelompok atas
JB = Banyaknya
peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya
peserta kelompoka tas yang menjawab soal benar
BB = Banyaknya
peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
Klasifikasi daya pembeda :
1. D
: 0,00-0,20 : jelek (poor)
2. D
: 0,20-0,40 : cukup (satisfactory)
3. D
: 0,40-0,70 : baik (good)
4. D
: 0,70-1,00 : baik sekali (excellent)
5. D
: Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D
negatif sebaiknya dibuang saja
Butir-butir soal yang baik
adalah butir-butir soal indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen
yang artinya barang-barang tertulis,. Didalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian dan lain-lain.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan
dengan menggunakan pedoman dokumensi yang memuat garis-garis besar atau
kategori yang akan dicari datanya, misalnya tentang :
1. Historis
dan geografis Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara
Bungo.
2. Sarana
dan prasarana yang ada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaara Bungo.
3.
Struktur organisasi, data
siswa dan guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo
5.
Analisis
Data
Dalam analisis data
untuk menguji hipotesis penelitian membandingkan skor rata-rata siswa kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II. Untuk menguji kebermaknaan kedua kelas
tersebut digunakan uji persamaan dan uji rata-rata dengan menggunakan uji t,
sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji
homogenitas ini juga dilakukan untuk menguji kelayakan sampel yang akan
digunakan untuk penelitian. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan
untuk melihat kelompok berdistribusi normal atau tidak, uji yang digunakan
adalah dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat.
Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji Chi Kuadrat adalah sebagai
berikut:
1). Menentukan skor terbesar dan skot terkecil
2). Menentukan rentang (R)
3). Menentukan banyaknya kelas (BK) = 1+3,33 log n
4). Menentukan panjang kelas
5). Menentukan rata-rata atau mean
6). Menentukan simpangan baku (S)
7). Membuat daftar frekuensi yang diharapkan denan jalan:
a). Menentukan
batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian
angka skor kanan / kelas interval ditambah 0,5
b). Mencari
nilai Z skor untuk interval dengan rumus:
c). Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z dengan
menggunakan angka-angka batas kelas.
d). Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan
mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua,
angka baris kedua dikurangi baris ketiga, dan seterusnya. Kecuali untuk angka
yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris
berikutnya.
e). Mencari frekuensi yan diharapkan (fe) dengan cara
mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden
f). Mencari Chi Kuadrat, dengan rumus:
g). Membandingkan dengan
Jika , maka distribusi data tidak normal Jika , maka distribusi data
normal
2.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas
dilakukan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau
tidak. Uji homogenitas yang penulis gunakan adalah uji barlet dengan menggunakan tabel F.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Masukkan
angka–angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel uji bartlet.
b.
|
Menghitung varians sampel dengan rumus:
S2 =
c. Menghitung
log S²
d.
|
Menghitung nilai B dengan rumus:
B = (log s2)
e. Menghitung
nilai Chi Kuadrat Hitung dengan rumus:
= (ln 10) {B - ni
– 1) log s}; dengan ln 10 =2,3026
f. Bandingkan, dengan2tabel , atau a = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = k – 1, dengan kreteria
pengujian sebagai berikut :
Jika, → tidak homogen
Jika, , → homogen. (Suharsimin
Arikunto, 2008:185)
3. Uji Hipotesis
Data yang penulis peroleh dalam
penelitian ini adalah yang bersifat kuantitatif. Maka penulis menganalisis data
tersebut dengan menggunakan statistik, yaitu menggunakan rumus uji “t” tes.
Rumus “t” tes untuk dua sampel besar
yang satu sama lain tidak mempunyai hubungan.
to =
Langkah yang perlu ditempuh adalah :
1. Mencari
Mean Variabel dengan rumus :
M1
= M’ + i
2. Mencari
Mean Variabel II dengan rumus :
M2
= M’ + i
3. Mencari
Deviasi Standar Variabel I dengan rumus :
SD1 = i
4. Mencari
Deviasi Standar Variabel II dengan rumus :
SD2 = i
5. Mencari
Standar Error Mean Variabel I dengan rumus :
SEM1 =
6. Mencari
Standar Error Mean Variabel II dengan rumus :
SEM2 =
7. Mencari
standar error perbedaan mean Variabel I dan mean variabel II dengan rumus :
SEM1-M2 =
8. Mencari
to dengan rumus :
to =
9. Memberikan
interprestasi
a.
Jika to lebih
besar atau sama tt maka hipotesis nihil ditolak, sebaliknya
hipotesis alternatifnya diterima atau disetujui.
b.
Jika to lebih
kecil dari tt maka hipotesis nihil diterima atau disetujui,
sebaiknya Hipotesis Alternatifnya ditolak.
H.
Jadwal
Penelitian
Untuk memudahkan langkah-langkah dalam
penelitian, penulis menyusun jadwal penelitian sebagai berikut :
No
|
Keterangan
|
Tahun 2012
|
|||||||||||||||||||||||
November
|
Desember
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|
||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Pengajuan
Judul
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pembuatan
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pengurusan
Dosen Pembimbing
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Seminar
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Perbaikan
hasil Seminar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Penyusunan
IPD
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Pengurusan
Izin Riset
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Riset
Lapangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
Penulisan
Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10.
|
Perbaikan
dari Pembimbing
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11.
|
Penyempuraan dan penggandaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
“Jadwal
sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kejadian”
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim .
(2005), Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Jakarta: Depetemen Agama
Anonim.
(2003). Undang-Undang SISDIKNAS.
Jakarta : Sinar Grafindo Persada.
Agus Suprijono,
(2011). Cooperative Learning.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Anas Sudijono.
(2005). Pengantar Statistik Pendidikan.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Anas Sudijono.
(2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta ; Raja Grafindo Persada.
Elaine B Jhonson,
( ). Contektual Teaching dan Learning. Jakarta : MLC.
Kokom Komalasari,
(2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep
dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama
Made Pidarta. (1990).
Cara Belajar Mengajar Di Univesitas
Negara Maju. Jakarta ; Bumi Aksara.
Martinis Yamiin,
(2006). Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi, Jambi : Gaung Persada.
Miftahul Huda,
(2011). Cooperative Learning.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Nana Sudjana, (2008).
Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Remaja Rosda Karya.
Nana Sanjaya, (2002).
Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Sinar Baru Algosindo.
Ngalim Purwanto,
(2008). Prinsip-Prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran, Bandung : Remaja Rosda Karya.
Oemar Hamalik,
(2001). Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung ; Bumi Aksara.
Richard I. Arends,
(2008). Learning To Teach Belajar untuk
Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
S. Margono, (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta :
Gaung Persada Pers.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Alfa Beta.
Suharsimi Arikunto,
(2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruksivisme . Jakarta : Prestasi Pustaka
PROPOSAL SKRIPSI
NAMA : Muhammad Muslih
NIM : TP. 100 768
JURUSAN : Pendidikan Agama
Islam
FAKULTAS : Tarbiyah
SEMESTER : V (Lima)
JUDUL
: “PERBANDINGAN ANTARA HASIL
BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 1
KABUPATEN MUARA BUNGO
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia baik
formal maupun non formal adalah suatu pendidikan nasional yang mempunyai tujuan
yang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Sebagai mana kita ketahui bahwa
pendidikan sangat memegang peranan penting bagi negara kita guna meningkatkan
derajat manusia dan memerangi kebodohan, karena pendidikan merupakan suatu
dasar bagi pembentukan kepribadian dan untuk mempertinggi budi pekerti sehingga
kita bisa hidup saling menghargai. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan
nasional telah menggariskan kebijakan dasar pembinaan dan pembangunan
pendidikan adalah sebagai berikut :
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.(
Anoniom, 2003:7)
Proses pendidikan merupakan salah satu
upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan seluruh aspek pribadi dalam
mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil dalam suatu masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat diprioritaskan dalam
pembangunan nasional, karena akan mewujudkan cita-cita dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Berbagai usaha telah dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia baik dari
peningkatan anggaran untuk pendidikan, memperbaharui dan melengkapi sarana dan
prasarana, memberikan penataran dan menyekolahkan guru yang berprestasi
kejenjang yang lebih tinggi, memberikan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu
dan yang berprestasi, perbaikan metode dan kurikulum.
Salah satu wadah untuk menciptakan
manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang budaya, tingkat sosial,
dan ekonomi siswanya adalah sekolah. Dengan adanya sekolah diharapkan dapat
diterima oleh semua golongan yang berkepentingan terhadap lembaga tersebut.
Pendidikan sekolah merupakan pendidikan
yang berjenjang dan berkesinambungan yang terdiri dari pendidikan dasar,
menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang
dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran. Kegiatan pembelajaran adalah suatu
interaksi antara guru dan siswa untuk menciptakan tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan pendidikan tidak akan tercapai apabila interaksi pembelajaran tidak
pernah berlangsung dalam pendidikan. Guru dan siswa adalah dua unsur yang
terlibat langsung dalam proses itu.
Dengan tidak mengabaikan peranan atau
fungsi dari beberapa komponen sebagai mana disebutkan diatas, secara khusus
peneliti menekankan pada suatu komponen tersebut yaitu metode mengajar.
Model pembelajaran ialah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain.. Dengan menggunakan model ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan siswa
sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah
interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau
pembimbing, sedang siswa sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses ini akan
berjalan baik, bila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Oleh karenanya metode
mengajar yang baik adalah metode yang menghubungkan kegiatan belajar siswa.(Trianto,
2007:5)
Penggunaan satu metode lebih cenderung
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik,
kegiatan pembelajaran pun tampak kaku dan anak didik kurang bergairah dalam
belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak
didik. Guru akan gagal dalam menyampaikan pesan-pesan keilmuan dan anak didik
akan dirugikan.
Tidak semua pelajaran Al-Quran Hadits dapat dijelaskan
oleh guru dengan menggunakan satu metode saja, terkadang dalam satu pembahasan
yang dalam memahami dan menguasainya harus menggunakan lebih dari satu metode
pengajaran, sehingga dalam belajar siswa tidak
hanya menerima apa yang dijelaskan oleh gurunya saja melainkan siswa juga
dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep Al-Qur’an Hadits
yang dipelajarinya. Dengan demikian maka pelajaran akan lebih mudah dipahami
siswa dan akan lebih lama tinggal di ingatannya. Kemudian ada beberapa kelemahan
yang berpusat pada guru. Kelemahan itu dapat dilihat pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran di kelas, interaksi antar siswa dengan guru atau siswa
dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau
bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam
kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar
sendiri-sendiri.
Metode mengajar yang
guru gunakan dalam setiap kali pertemuan dikelas bukanlah asal pakai tetapi
setelah melalui seleksi yang bersesuaian dengan perumusan tujuan intruksional
khusus, jarang sekali melihat guru merumuskan tujuan pembelajaran hanya dengan
satu rumusan, tetapi guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya
gurupun menggunakan lebih dari satu metode dalam pembelajarannya.
Proses belajar mengajar Al-Qur’an Hadits yang dilakukan di dalam
kelas oleh guru bisa dilaksanakan dengan berbagai metode, salah satunya adalah
dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share , sebagai pendukung
bagi metode lainnya yang telah diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
Menurut Kokom Komalasari : “Model
pembelajaran Numbered Head Together ialah model pembelajaran dimana
setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak
guru memanggil nomor dari siswa”.
Menurut Trianto “Model pembelajaran Think Pair Share adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.
Menggunakan model pembelajaran tipe numbered head together dalam proses
belajar mengajar ini besar sekali manfaatnya, dimana siswa bukan hanya mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru tetapi ada interaksi antara siswa yang satu dengan
lainnya dan bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran.
Dan dengan adanya model pembelajaran ini diharapkan dapat mendidik siswa
menjadi manusia dewasa sebagai mahluk sosial
dan dengan metode belajar mandiri ini siswa tidak dimaksudkan belajar secara
indivualitas, bahkan sebaliknya situasi belajar mandiri ini dibina untuk
belajar secara berkelompok dan setiap murid menjadi partner sesamanya.
Permasalahan yang terjadi membuat
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yaitu sebagai mana kita ketahui
dilema yang selalu kita temui disetiap sekolah, bahwa siswa sangat sulit untuk
meningkatkan atau ditingkatkan hasil belajarnya. Kesulitan-kesulitan ini bisa
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya penggunaan model pengajaran,
maksudnya ialah model yang digunakan tidak sesuai dengan materi atau tujuan
yang hendak dicapai, terkadang juga guru yang monoton dalam menggunakan model
pembelajaran sehingga anak didik merasa bosan dan kurang bergairah dalam
belajar.
Maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lapangan di SMPN 1
Kabupaten Muara Bungo,
dimana pengajar disini mempunyai berbagai macam cara untuk memberikan bimbingan
belajar kepada siswanya. Semakin beragam metode pengajaran maka semakin
bervariasi pula hasil yang dicapai siswanya. Perbedaan hasil inilah yang
menarik penulis untuk mengadakan
penelitian, karena menurut hasil pengamatan penulis sementara, siswa yang
mempunyai hasil belajar lebih baik adalah siswa yang dibimbing oleh gurunya
dari pada siswa dibiarkan belajar sendiri tanpa ada bimbingan dari gurunya.
Beranjak dari sinilah timbul keinginan
penulis untuk mengadakan suatu kajian dan menulis skripsi dengan judul :”PERBANDINGAN ANTARA HASIL BELAJAR SISWA
YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE (TPS) BIDANG STUDI AL-QUR’AN HADITS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 1 KABUPATEN MUARA BUNGO”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Desain
penelitian
X Y
X1 Y1
X2 Y2
Keterangan:
X =
pembelajaran
Y =
hasil pembelajaran
X1 =
Pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran numbered head together
Y1
= hasil
belajar yang menggunakan model pembelajaran numbered
head together
X2
= pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran think
pair share
Y2 = hasil
belajar yang menggunakan model pembelajaran think
pair share
Y1: Y2 = ( Y1 > Y2 )
2. Pernyataan
penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah diatas dan sesuai dengan judul yang
disajikan maka yang menjadi pernyataan
penelitian adalah “ Apa benar ada perbandingan yang
signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model
pembelajaran tipe think pair share terhadap
hasil belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
3. Pertanyaan
penelitian
Dari pernyataan penelitian
diatas maka pertanyaan
penelitian ada tiga yaitu:
a. Seberapa besar skor hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together bidang studi biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kapubaten Muara Bungo. (Y1)
b. Seberapa besar skor hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share bidang studi biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Bungo. (Y2)
c. Seberapa besar skor signifikan
perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo. (
Taraf signifikasi 5% - 1% )
C.
Batasan
Masalah
Agar penelitian ini terfokus
pada masalah yang akan diteliti dan juga banyak faktor yang mempengaruhi
penelitian ini, serta dengan terbatasnya kemampuan yang penulis miliki, maka
penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Siswa
yang akan diteiliti hanya kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2. Model
pembelajaran yang digunakan hanya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
3. Sasaran
penelitian adalah perbandingan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
D.
Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Ingin
mengetahui berapa besar skor hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered head together
pada bidang studi Biologi Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo ?
b. Ingin
mengetahui berapa besar skor hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share pada bidang studi Al-Qur’an Hadits
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo ?
c. Ingin
mengetahui berapa besar skor signifikan dalam penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered head together
dan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share terhadap hasil belajar siswa pada bidang studi Al-Qur’an Hadits di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2.
Kegunaan
Penelitian
a. Untuk
memberikan gambaran tentang perbedaan hasil belajar yang dicapai siswa dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran.
b. Untuk
menyajikan informasi sebagai bahan masukan karena para pendidik atau pengajar
harus pandai memberikan materi dengan berbagai macam model pembelajaran.
c. Untuk
membuktikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share.
d. Untuk
dapat menimbulkan dorongan semangat kepada para pendidik untuk meningkatkan
cara penyajian materi pembelajaran yang bervariasi.
e. Untuk
memenuhi persyaratan guna mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu (S.1) pada
jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi.
E.
Kerangka
Teori
Yang dimaksud dengan
kerangka teori disini adalah yang berhubungan dengan permasalahan diatas, guna
untuk menghubungkan antara teori yang ada dengan kenyataan-kenyataan yang
terjadi dan sebagai landasan tempat mengambil patokan pembahasan yang
berdasarkan dari kenyataan-kenyataan yang terjadi, teori-teori yang ingin
dipaparkan dalam kerangka teori adalah model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dan juga hasil belajar siswa.
1.
Hasil
Belajar
a. Defenisi
Konseptual
‘’Hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria-kriteria
tetentu, hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar
siswa’’. (Nana Sudjana, 2008:3)
Yang dimaksud dengan hasil belajar atau achievement ialah tes yang digunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada
murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu
tertentu. (Ngalim Purwanto, 2008:33).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. (Oemar Hamalik, 2001:155)
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman pelajarannya.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom seorang maha guru dari
Universitas Chicago yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu
:
1. Ranah
Kognitif
Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yaitu :
a. Pengetahuan
atau ingatan
b. Pemahaman
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesa
f. Evaluasi
2. Ranah
Afektif
Ranah afektif ini berkenaan
dengan sikap dan nilai, yang terdiri dari lima aspek, yaitu :
a. Penerimaan
b. Jawaban
atau reaksi
c. Penilaian
d. Organisasi
e. Internalisasi
3. Ranah
Psikomotorik
a. Gerakan
reflek
b. Keterampilan
gerak dasar
c. Kemampuan
perseptual
d. Keharmonisan
e. Gerakan
keterampilan kompleks
f. Gerakan
ekspresif dan interpetatif (Nana
Sudjana, 2008:3)
Dari ketiga ranah tersebut
yang menjadi fokus penilaian hasil belajar dalam penelitian ini adalah ranah
kognitif.
b. Defenisi
Operasional
Hasil belajar merupakan perubahan pola
tingkah laku yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu
yang lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar adalah semua
aspek belajar tingkah laku dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang diperoleh melalui
penilaian dan pembuktian melalui angka atau huruf, dan suatu pengajaran
dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksionalnya dapat dicapai.
Evaluasi berupa tes hasil
belajar yang akan dilakukan adalah dengan cara memberikan kepada siswa sebanyak
25 (dua puluh lima) butir soal yang sebelumnya akan dilakukan uji coba tes.
Tabel 1. Kisi-Kisi Soal
No
|
Variabel
|
Sub Variabel
|
Indikator
|
Butir Soal
|
Jumlah
|
1.
|
Hasil
belajar
|
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
|
·
Menjelaskan
·
Mendeskripsikan
·
Menyebutkan
·
Membandingkan
·
Mengurutkan
·
Menyimpulkan
|
1,2,3,4,5,6,7,8,9
18,19,20,21
10,11,12,13,14
23,24,25
15,16,17
22
|
13
8
4
|
|
|
|
Jumlah
|
|
25
|
2.
Model
Pembelajaran Numbered Head Together
a.
Defenisi
Konseptual
Model pembelajaran adalah suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain.
Model pembelajaran numbered head together ialah model pembelajaran dimana setiap siswa
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil
nomor dari siswa. (Kokom Komalasari, 2010: 62 )
Model
pembelajaran numbered head together
adalah pendekatan yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviuw berbagai
materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran untuk memeriksa pemahaman mereka
tentang isi pelajaran itu, dengan cara mengarahkan pertanyaan kepada seluruh
siswa.(Richard I. Arends, 2008:16)
Keuntungannya :
1. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling Sharing
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling kecil.
2. Meningkatkan
semangat kerja sama siswa.
3. Dapat
digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.(Miftahul Huda, 2011:138)
b. Defenisi Operasional
Model pembelajaran numbered
head together yang dimaksudkan disini merupakan model pembelajaran yang
melibatkan banyak siswa dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian
setiap siswa diberi nomor dan secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Model pembelajaran ini juga melibatkan banyak siswa.
3.
Model
Pembelajaran Think Pair Share
a.
Defenisi
Konseptual
Model instruksional merupakan bagian
dari strategi instruksional, metode instruksional berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu.(Richard I.Arend, 2008: 4)
Seperti namanya “ Thinking”, pembelajaran
ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran
untuk diperkirakan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka
memikirkan jawabannya.
Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini
guru meminta siswa berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada setiap
pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat
memperdalam makna dari jawaban yang telah diperkirakan melalui intersubjektif
dengan pasanganya.
Hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap
pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal
dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong
pada pengontruksian pengetahuan secara intregatif. Siswa dapat menemukan
struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya. (Agus Suprijono, 2010:91)
Model pembelajaran Think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Model pembelajaran ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu
tunggu. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan
kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa
lebih banyak waktu berpikir.(Kokom Komalasari, 2010:64
Model ini memiliki keuntungan
diantaranya yaitu:
1. Memungkinkan
siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
2. Mengoptimalkan
partisipasi siswa.
3. Memberi
kesempatan kepada sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa
untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
4. Bisa
diterapkan untuk semua mata pelajaran dengan tingkatan siswa.(Miftahul Huda,
2011:136)
Dalam hal ini menggunakan
langkah-langkah (fase) sebagai berikut:
Langkah 1 : Berpikir (thinking)
Guru mengajukan suatu
pertanyan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Langkah 2 : Berpasangan (pairing)
Selanjutnya guru meminta
siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.
Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang
diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
Langkah
3 : Berbagi (sharing)
Pada langkah akhir, guru
meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke
pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan
untuk melaporkan. (Kokom Komalasari, 2010:64)
b.
Defenisi
Operasional
Seseorang itu belajar karena
berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mengubah tingkah laku. Belajar
juga dapat dikatakan sebagai upaya perubahan tingkah laku dari serangkaian
kegiatan misalnya membaca, mendengar, mengamati, meniru dan sebagainya.
Di dalam belajar terdapat
banyak faktor yang mempengaruhinya salah satu faktor psikologis. Diantaranya,
faktor motivasi, konsentrasi, reaksi pemahaman, organisasi, ulangan, pelatihan,
minat, faktor ingin tahu dan sifat kreatif anak didik dan lain sebagainya.
Jadi model pembelajaran think pair share adalah model
pembelajaran dimana guru mengajukan pertanyaan
mengenai pelajaran untuk diperkirakan kepada siswa. Kemudian guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban. Selanjutnya
guru-guru meminta siswa untuk berpasangan-pasangan dan berdiskusi, kemudian
hasil diskusi tersebut dibicarakan dengan pasangan kelas. Diharapkan dengan
adanya model ini akan terjadi pola interaksi antar siswa
F.
Hipotesis
Dalam penelitian yang diuji
kebenarannya perlu sekali adanya hipotesis atau anggapan sementara sebagai awal
tempat berangkat atau titik tolak dalam penelitian yang penulis laksanakan ini.
Adapun yang menjadi anggapan
sementara bagi penulis adalah :
Ha : Terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share pada mata pelajaran biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo (to
> tt = Ha diterima)
H0 : Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share pada mata pelajaran Biologi
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo (to<
tt = Ha ditolak)
G.
Prosedur
Penelitian
1.
Jenis
dan Lingkup Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang akan
dilakukan adalah dengan menggunakan dua kelas eksperimen. Kelas eksperimen
adalah kelas yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered head together dan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Lingkup penelitian ini mengambil lokasi
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Bungo.
Dengan maksud untuk membuktikan seberapa besar pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo.
2.
Populasi
dan Sampel
a. Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualifikasi dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. (Elanie B. Jhonson:152)
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo yang berjumlah 213
siswa yang terdiri dari 6 lokal, yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D,
VIII E, dan VIII F. Dengan jumlah seluruh siswanya adalah 213 orang siswa
Tabel 2 Jumlah siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo
No
|
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
VIII
A
VIII
B
VIII
C
VIII
D
VIII
E
VIII
F
|
30
37
37
38
36
35
|
|
|
Jumlah
|
213
|
|
Peneliti memilih kelas VIII untuk dijadikan populasi
terjangkau karena berdasarkan materi yang akan disampaikan pada saat penelitian
yaitu pertumbuhan dan perkembangan, dan
materi itu hanya terdapat pada kelas VIII.
b. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (S. Margono 2008: hal 127)
Mengingat luasnya populasi dalam
penelitian ini, dengan pertimbangan keterbatasan waktu yang ada, biaya, dan
tenaga maka peneliti hanya melakukan terhadap kelas sampel yang merupakan wakil
dari populasi. Untuk mendapatkan dua kelas sampel dari 6 kelas populasi
digunakan teknik sampel random.
“Teknik sampling random ini diberi nama
demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur”
subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk
memperoleh kesempatan
(chance) dipilih menjadi sampel. Oleh
karena hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin
mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel”.
Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi,
diberi nomor urut mulai dari
1 sampai dengan banyak subjek. Di dalam pengambilan sampel biasanya peneliti
sudah menentukan terlebih dahulu besarnya jumlah sampel yang paling
baik.(Suharsimi Arikunto, 2010:177)
Sebelum ditentukan kelas eksperimen 1
dan dan kelas eksperimen 2 dari 6 kelas tersebut, terlebih dahulu peneliti
melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun kelas eksperimen 1
menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan kelas eksperimen 2 menggunakan
model pembelajaran tipe TPS.
3.
Jenis
dan Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang
dipergunakan sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan
data penelitian lapangan. Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Jenis
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua jenis data, yaitu :
1) Data
Primer
“Data primer adalah data yang dihimpun
langsung oleh peneliti dan merupakan data utama dalam penelitian”.(S. Margono,
2008: 127)
Data primer ini didapat dari
kenyataan-kenyataan yang langsung ditemui dari lokasi penelitian. Data primer
tersebut diperoleh dari hasil angket atau tes yang disebarkan oleh peneliti
kepada siswa yang dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini.
2) Data
Sekunder
“Data sekunder adalah data yang dihimpun
melalui tangan kedua dan merupakan data pelengkap dalam penelitian”. (Anas
Sudjiono, 2007:76)
Adapun data sekunder dalam penelitian
ini seperti :
a. Historis
dan geografis
b. Struktur
organisasi
c. Keadaan
guru dan siswa
d. Keadaan
sarana dan prasarana sekolah
b. Sumber
Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sesuai dengan
metode yang dipahami, maka sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Keadaan
/ kejadian, karena peneliti menggunakan teknik observasi.
2. Orang
(kepala sekolah, Guru dan Staf, Siswa) karena peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan metode wawancara, angket dan tes.
3. Arsip
/ dokumentasi, peneliti menggunakan metode dokumentasi.
4.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan
kongkrit serta sesuai dengan permasalahan yang diteliti penulis, maka peneliti
menggunakan beberapa metode, antara lain :
a. Observasi
atau Pengamatan
Observasi diartikan sebagai cara
menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang disajikan sasaran pengamatan. (Anas Sudjiono, 2007:76)
Observasi yang penulis gunakan adalah
observasi langsung mengamati objek yang diambil datanya seperti geografis,
sarana pendidikan, fasilitas pendidikan dan kegiatan pembelajaran di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten
Muara Bungo.
b. Interview
atau Wawancara
“Interview adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan
secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan”. (Suharsimi Arikunto, 2007:52)
Wawancara dalam penelitian ini digunakan
untuk melengkapi perolehan data berupa dokumentasi yakni data yang bersangkutan
dengan sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi sekolah, jumlah tenaga
pengajar, jumlah pegawai dan jumlah siswa.
c. Tes
“Tes adalah alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan”. (Sugiyono, 2008:173)
Untuk teknik ini, penulis gunakan tes
tertulis yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadannya dari jawaban yang diberikan secara
tertulis pula. Tes tertulis yang digunakan adalah tes objektif atau pilihan
ganda.
Kedudukan tes dalam penelitian ini
merupakan suatu metode pokok atau paling utama, sedangkan yang lain hanya
sebagai pelengkap. Dan tes ini diberikan kepada siswa. Tes digunakan untuk
mengambil data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang dilakukan
setelah proses pembelajaran di kelas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo yang menjadi sampel dalam
penelitian ini.
Sebelum tes digunakan sebagai alat
pengumpul data dalam penelitian ini, tes terlebih dahulu diberikan kepada
respnden uji coba instrumen diluar sampel yang diambil dari sebagian responden
penelitian, yaitu kelas VIII B dan kelas VIII C. Setelah tes instrumen uji coba diberikan, kemudian hasil tes
dihitung validitasnya itemnya, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Uji
validitas tes hasil belajar
Validitas adalah instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Rumus yang digunakan :
rpbi =
Dimana :
rpbi
= Koefisien
point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel
II yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisien validitas item
Mp = Skor
rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang
bersangkutan telah dijawab, dengan benar.
Mt = Skor
rata-rata dari skor total
SDt = Deviasi
standar dari skor total
p = Proporsi
testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas
itemnya
q = Proporsi
testee yang menjawab soal terhadap butir
2. Uji
Reliabilitas
Reabilitas menunjukan
pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipecaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instumen tersebut sudah baik.
(Suharsimi Arikunto, 2002: 154)
Penentuan reabilitas tes
hasil belajar dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus K- R 20 yaitu :
Dengan keterangan :
rii = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
Vt = varians total
p = proporsi subjek yang menjawab butir
dengan betul
(proporsi subjek yang mempunyai
skor 1)
q = proporsi subjek yang mendapat skor 0
(q=1 – p)
3. Taraf
/ Tingkat Kesukaran
Bermutu atau tidaknya
butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat
kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut.
Rumus mencari P adalah :
P =
Dimana :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang
sering diikuti, indek kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Soal
dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal Sukar
b. Soal
dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
c. Soal
dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.
4. Daya
Pembeda
Daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan siswa bodoh (berkemampuan rendah)
Rumus mencari D :
D =
Dimana :
J = Jumlah
peserta tes
JA = Banyaknya
peserta kelompok atas
JB = Banyaknya
peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya
peserta kelompoka tas yang menjawab soal benar
BB = Banyaknya
peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
Klasifikasi daya pembeda :
1. D
: 0,00-0,20 : jelek (poor)
2. D
: 0,20-0,40 : cukup (satisfactory)
3. D
: 0,40-0,70 : baik (good)
4. D
: 0,70-1,00 : baik sekali (excellent)
5. D
: Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D
negatif sebaiknya dibuang saja
Butir-butir soal yang baik
adalah butir-butir soal indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen
yang artinya barang-barang tertulis,. Didalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian dan lain-lain.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan
dengan menggunakan pedoman dokumensi yang memuat garis-garis besar atau
kategori yang akan dicari datanya, misalnya tentang :
1. Historis
dan geografis Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara
Bungo.
2. Sarana
dan prasarana yang ada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaara Bungo.
3.
Struktur organisasi, data
siswa dan guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muara Bungo
5.
Analisis
Data
Dalam analisis data
untuk menguji hipotesis penelitian membandingkan skor rata-rata siswa kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II. Untuk menguji kebermaknaan kedua kelas
tersebut digunakan uji persamaan dan uji rata-rata dengan menggunakan uji t,
sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji
homogenitas ini juga dilakukan untuk menguji kelayakan sampel yang akan
digunakan untuk penelitian. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan
untuk melihat kelompok berdistribusi normal atau tidak, uji yang digunakan
adalah dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat.
Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji Chi Kuadrat adalah sebagai
berikut:
1). Menentukan skor terbesar dan skot terkecil
2). Menentukan rentang (R)
3). Menentukan banyaknya kelas (BK) = 1+3,33 log n
4). Menentukan panjang kelas
5). Menentukan rata-rata atau mean
6). Menentukan simpangan baku (S)
7). Membuat daftar frekuensi yang diharapkan denan jalan:
a). Menentukan
batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian
angka skor kanan / kelas interval ditambah 0,5
b). Mencari
nilai Z skor untuk interval dengan rumus:
c). Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z dengan
menggunakan angka-angka batas kelas.
d). Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan
mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua,
angka baris kedua dikurangi baris ketiga, dan seterusnya. Kecuali untuk angka
yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris
berikutnya.
e). Mencari frekuensi yan diharapkan (fe) dengan cara
mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden
f). Mencari Chi Kuadrat, dengan rumus:
g). Membandingkan dengan
Jika , maka distribusi data tidak normal Jika , maka distribusi data
normal
2.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas
dilakukan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau
tidak. Uji homogenitas yang penulis gunakan adalah uji barlet dengan menggunakan tabel F.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Masukkan
angka–angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel uji bartlet.
b.
|
Menghitung varians sampel dengan rumus:
S2 =
c. Menghitung
log S²
d.
|
Menghitung nilai B dengan rumus:
B = (log s2)
e. Menghitung
nilai Chi Kuadrat Hitung dengan rumus:
= (ln 10) {B - ni
– 1) log s}; dengan ln 10 =2,3026
f. Bandingkan, dengan2tabel , atau a = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = k – 1, dengan kreteria
pengujian sebagai berikut :
Jika, → tidak homogen
Jika, , → homogen. (Suharsimin
Arikunto, 2008:185)
3. Uji Hipotesis
Data yang penulis peroleh dalam
penelitian ini adalah yang bersifat kuantitatif. Maka penulis menganalisis data
tersebut dengan menggunakan statistik, yaitu menggunakan rumus uji “t” tes.
Rumus “t” tes untuk dua sampel besar
yang satu sama lain tidak mempunyai hubungan.
to =
Langkah yang perlu ditempuh adalah :
1. Mencari
Mean Variabel dengan rumus :
M1
= M’ + i
2. Mencari
Mean Variabel II dengan rumus :
M2
= M’ + i
3. Mencari
Deviasi Standar Variabel I dengan rumus :
SD1 = i
4. Mencari
Deviasi Standar Variabel II dengan rumus :
SD2 = i
5. Mencari
Standar Error Mean Variabel I dengan rumus :
SEM1 =
6. Mencari
Standar Error Mean Variabel II dengan rumus :
SEM2 =
7. Mencari
standar error perbedaan mean Variabel I dan mean variabel II dengan rumus :
SEM1-M2 =
8. Mencari
to dengan rumus :
to =
9. Memberikan
interprestasi
a.
Jika to lebih
besar atau sama tt maka hipotesis nihil ditolak, sebaliknya
hipotesis alternatifnya diterima atau disetujui.
b.
Jika to lebih
kecil dari tt maka hipotesis nihil diterima atau disetujui,
sebaiknya Hipotesis Alternatifnya ditolak.
H.
Jadwal
Penelitian
Untuk memudahkan langkah-langkah dalam
penelitian, penulis menyusun jadwal penelitian sebagai berikut :
No
|
Keterangan
|
Tahun 2012
|
|||||||||||||||||||||||
November
|
Desember
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|
||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Pengajuan
Judul
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pembuatan
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pengurusan
Dosen Pembimbing
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Seminar
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Perbaikan
hasil Seminar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Penyusunan
IPD
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Pengurusan
Izin Riset
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Riset
Lapangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
Penulisan
Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10.
|
Perbaikan
dari Pembimbing
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11.
|
Penyempuraan dan penggandaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
“Jadwal
sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kejadian”
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim .
(2005), Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Jakarta: Depetemen Agama
Anonim.
(2003). Undang-Undang SISDIKNAS.
Jakarta : Sinar Grafindo Persada.
Agus Suprijono,
(2011). Cooperative Learning.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Anas Sudijono.
(2005). Pengantar Statistik Pendidikan.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Anas Sudijono.
(2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta ; Raja Grafindo Persada.
Elaine B Jhonson,
( ). Contektual Teaching dan Learning. Jakarta : MLC.
Kokom Komalasari,
(2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep
dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama
Made Pidarta. (1990).
Cara Belajar Mengajar Di Univesitas
Negara Maju. Jakarta ; Bumi Aksara.
Martinis Yamiin,
(2006). Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi, Jambi : Gaung Persada.
Miftahul Huda,
(2011). Cooperative Learning.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Nana Sudjana, (2008).
Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Remaja Rosda Karya.
Nana Sanjaya, (2002).
Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Sinar Baru Algosindo.
Ngalim Purwanto,
(2008). Prinsip-Prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran, Bandung : Remaja Rosda Karya.
Oemar Hamalik,
(2001). Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung ; Bumi Aksara.
Richard I. Arends,
(2008). Learning To Teach Belajar untuk
Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
S. Margono, (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta :
Gaung Persada Pers.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Alfa Beta.
Suharsimi Arikunto,
(2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruksivisme . Jakarta : Prestasi Pustaka