Kamis, 20 Februari 2014

SEJARAH PERADAPAN ISLAM (KEHIDUPAN MUHAMMAD DI MAKKAH )

A.    Pendahuluan
Makalah ini merupakan upaya untuk membandingkan dan kontras aspek kehidupan Nabi selama Mekah dan Medinah periode. Hal ini juga akan menganalisis perbedaan wahyu yang diterima oleh Nabi dan diawetkan dalam Al-Qur'an. Selain itu, studi ini hidup Muhammad akan diletakkan dalam konteks aspek-aspek politik, hukum dan sosial al-Jahiliyyah, pra-Islam di Arabia. Ibnu Ishaq Sirat Rasul Allah atau Kehidupan Rasulullah, adalah sumber awal hidup dianggap menjadi 'biografi' dari Nabi, dan bersama dengan Al-Qur'an itu tetap menjadi dokumen utama untuk mempelajari kehidupan Muhammad. Namun ulama, seperti Peters, klaim, aktivitas editorial Ibnu Ishaq di Sira (cara hidup) terlihat jelas, akibatnya ia meminta pertanyaan tentang konten itu sendiri. Penulis lain, seperti al-Waqidi, Ibnu Sa'ad sekretarisnya, dan al-Baladhuri juga menciptakan karya-karya awal kehidupan Muhammad, ini kehilangan sumber yang tidak pernah benar-benar direkonstruksi. Al-Qur'an tidak hanya tetap menjadi sumber pengetahuan tentang kehidupan Nabi tetapi juga mencerminkan ketegangan, hambatan dan situasi keseluruhan yang dihadapi Muhammad ketika di Mekah dan kemudian Madinah. Untuk memahami perbedaan antara dua periode sangat penting untuk memahami situasi dalam kehidupan Nabi. Tulisan ini bukanlah usaha untuk menceritakan sejarah Nabi. Esai mencoba untuk mengeksplorasi kepribadiannya berubah dalam menanggapi perubahan keadaan, reaksinya terhadap tatanan sosial dan politik, dan dampaknya mungkin memiliki pada ajarannya diawetkan dalam Al Qur'an.  Muhammad dilahirkan di Mekkah pada Tahun Gajah, diyakini sekitar tahun 570, dan tinggal sebuah 'kehidupan biasa', yang dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya. Ia menikah dengan seorang wanita pedagang, Khadijah yang ditandai oleh kekayaan dan intelektual tetapi juga adalah wanita terbaik kelahiran di Quraysh, suku yang dominan di Mekah. Dia adalah ibu dari anak-anaknya dan yang pertama untuk memeluk Islam. Mekkah itu sendiri adalah salah satu pusat perdagangan di mana pemukim berbagai berinteraksi dengan satu sama lain, ditempatkan pada salah satu rute perdagangan utama di Timur Tengah, antara selatan (Yaman) dan utara (Greater Suriah dan Irak). Itu adalah pusat kosmopolitan yang muncul di mana kepentingan keuangan dan material. .




B. PEMBAHASAN
1. Kehidupan Muhammad :Dakwah Dan Perjuangan
A .  Silsilah akar dan awal kehidupan Sebelum Masa Kerasulan
Baik sebelum munculnya Islam dan selama periode Islam, suku-suku Arab menaruh perhatian besar terhadap silsilah dan menjaga pengetahuan mereka dengan perawatan sangat cermat. Bahkan, selama sejarah Islam ilmu seluruh silsilah (ʿ ilm al-anṣāb) dikembangkan yang adalah makna sejarah banyak. Pada periode pra-Islam, Namun, pengetahuan ini tetap tidak tertulis, dan untuk alasan itu belum ditanggapi serius oleh sejarawan Barat hanya mengandalkan catatan tertulis. Bagi Muslim, bagaimanapun, silsilah Muhammad selalu tertentu. Mereka melacak nenek moyangnya untuk Isma ʿ Il (Ismail) dan karenanya kepada Abraham nabi. Fakta ini diterima bahkan oleh lawan Eropa abad pertengahan Islam, tetapi telah dipertanyakan oleh sejarawan modern.
Menurut sumber-sumber Islam tradisional, Muhammad lahir di Mekkah pada "Tahun Gajah," yang sesuai dengan iklan tahun 570, tanggal modern Barat ulama menyebutkan sebagai setidaknya perkiraan tanggal lahir nya. Sebuah peristiwa tunggal memberikan Tahun Gajah namanya ketika Abrahah , raja Abyssinia, mengirim pasukan besar ke Mekah untuk menghancurkan Ka ʿ bah , Muslim kudus yakini telah dibangun oleh Adam dan direkonstruksi oleh Abraham dan yang Abrahah dipandang sebagai saingan pelipisnya yang baru dibangun di Sanaa di Yaman. Menurut tradisi, gajah yang berbaris di kepala tentara Abrahah itu berlutut saat mendekati Mekah, menolak untuk pergi jauh. Segera langit menghitam dengan burung yang melempari tentara dengan batu kerikil, mengemudi mereka pergi dalam kekacauan. Dengan demikian, tempat kudus yang Muslim menganggap refleksi duniawi dari kuil langit diselamatkan, meskipun pada waktu itu menjabat suku Arab yang (dengan pengecualian dari Hanif, atau primordialists) diabaikan tauhid Ibrahim.
Segera setelah peristiwa penting dalam sejarah Arabia, Muhammad lahir di Mekkah. Ayahnya, ʿ Abd Allāh, dan ibunya, Aminah, milik keluarga dari Bani Hasyim , sebuah cabang dari kuat Quraisy , suku yang berkuasa dari Mekkah, yang juga dijaga kuil yang paling suci, Ka ʿ bah. Karena ʿ Abd Allāh meninggal sebelum kelahiran Muhammad, Aminah menempatkan semua harapannya pada anak yang baru lahir. Tanpa seorang ayah, Muhammad mengalami banyak kesulitan meskipun kakeknya ʿ Abd al-Muththalib adalah seorang pemimpin dalam masyarakat Mekah. Penekanan dalam masyarakat Islam tentang kemurahan hati untuk anak yatim berkaitan dengan pengalaman masa kecil Muhammad serta cinta berikutnya nya untuk anak yatim dan Qur ʾ perintah anic tentang pengobatan mereka.
Agar Muhammad untuk menguasai bahasa Arab dalam bentuknya yang murni dan menjadi akrab dengan tradisi Arab, Aminah mengutusnya sebagai bayi ke padang gurun, seperti kebiasaan semua keluarga Arab yang besar pada waktu itu. Di padang pasir, diyakini, salah satu mempelajari sifat-sifat disiplin diri, bangsawan, dan kebebasan. Sebuah tinggal di gurun juga menawarkan melarikan diri dari dominasi waktu dan korupsi kota. Selain itu, diberi kesempatan untuk menjadi pembicara yang lebih baik melalui paparan bahasa Arab fasih diucapkan oleh Badui. Dengan cara ini ikatan dengan padang pasir dan kemurnian dan ketenangan telah diperpanjang untuk penduduk kota di setiap generasi. Aminah memilih seorang wanita miskin bernama Halimah dari suku Bani Sa d ʿ, sebuah cabang dari Hawazin, untuk menyusu dan memelihara anaknya. Dan sehingga Muhammad muda menghabiskan beberapa tahun di padang gurun.
Itu juga saat ini bahwa, menurut tradisi, dua malaikat menampakkan dirinya kepada Muhammad dalam kedok laki-laki, membuka dadanya, dan dimurnikan hatinya dengan salju. Ini episode, yang mencontohkan keyakinan Islam bahwa Allah dimurnikan nabi dan melindunginya dari dosa, juga dijelaskan oleh Muhammad: "Datanglah kepadaku dua orang, berpakaian putih, dengan baskom emas penuh salju. Kemudian mereka meletakkan atasku, dan, membelah membuka payudara saya, mereka melahirkan hatiku. Hal ini juga mereka terbelah dan mengambil dari itu gumpalan hitam yang mereka dibuang. Kemudian mereka mencuci hatiku dan payudara saya dengan salju "(Martin Lings, Muhammad: Hidup-Nya, Berdasarkan Sumber Terlama, 1991). Muhammad kemudian mengulangi ayat tersebut, ditemukan dalam Hadis, "Setan menjamah setiap anak Adam pada hari ibunya Ia menutupi dirinya, kecuali hanya Maria dan anaknya." Kagum dengan acara ini dan juga memperhatikan tahi lalat di punggung Muhammad (kemudian diidentifikasi dalam sumber tradisional sebagai tanda kenabian), Halimah dan suaminya, Harits, mengambil anak itu kembali ke Mekah.
Ibu Muhammad meninggal ketika dia berusia enam tahun. Sekarang benar-benar yatim piatu, ia dibesarkan oleh kakeknya ʿ Abd al-Muththalib , yang juga meninggal dua tahun kemudian. Dia kemudian ditempatkan dalam perawatan Abu Thalib , paman Muhammad dan ayah dari ʿ Alī, sepupu Muhammad. Kemudian dalam kehidupan Muhammad akan membalas kebaikan ini dengan mengambil ʿ Alī ke rumahnya dan memberikan putrinya Fatimah kepadanya dalam pernikahan.
Hal ini diyakini bahwa Muhammad tumbuh menjadi seorang pemuda keindahan fisik yang tidak biasa serta kemurahan hati karakter. Rasa keadilan dan keadilan begitu dihormati bahwa orang-orang Mekah sering pergi kepadanya untuk arbitrase dan mengenalnya sebagai al-Amin, "Yang Terpercaya." Penampilan mencolok Nya adalah subjek dari puisi yang tak terhitung jumlahnya dalam bahasa Islam berbagai. Muhammad, menurut ʿ Alī,
tidak tinggi atau kurus atau pendek dan gempal, tapi tingginya sedang. Rambutnya tidak renyah meringkuk atau lurus namun agak bergelombang. Dia tidak kelebihan berat badan dan wajahnya tidak gemuk. Dia memiliki wajah bulat. Kulitnya putih diwarnai dengan kemerahan. Dia memiliki mata hitam besar dengan bulu mata panjang. Alisnya yang berat dan bahunya lebar. Dia memiliki kulit lembut, dengan rambut halus menutupi garis dari dada pertengahan pusar. Telapak tangan dan telapak kakinya tegas empuk. Ia berjalan dengan gaya berjalan tegas, seolah-olah melangkah menurun. Di punggungnya antara bahunya meletakkan Seal Kenabian [tahi lalat], karena ia adalah yang terakhir dari para nabi. Sumber-sumber Islam menunjukkan bahwa orang lain diakui mol sebagai tanda kenabian, termasuk pendeta Kristen Bahira, yang bertemu ketika Nabi Muhammad bergabung Abu Thalib perjalanan kafilah ke Suriah.
Ketika ia berusia 25 tahun, Muhammad menerima lamaran pernikahan dari seorang wanita kaya Mekah, Khadijah binti Khuwaylid al- , yang urusan dia melakukan. Terlepas dari kenyataan bahwa ia adalah 15 tahun lebih tua dari dia, Muhammad menerima proposal tersebut, dan ia tidak mengambil istri lain sampai setelah kematiannya (meskipun poligami diizinkan dan umum). Dia memberinya dua anak, keduanya mati muda. Ini adalah dari anak pertama, Qasim, bahwa salah satu dari nama-nama Nabi, Abu al-Qasim ʾ ("Bapa Qasim"), berasal. Dia juga melahirkan baginya empat putri, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah . The, bungsu Fatimah, yang disebut Maria kedua, memiliki dampak terbesar pada sejarah semua anak-anaknya. Shi ʿ ite imam dan sayyid atau Sharif dianggap keturunan Muhammad, dari garis keturunan dari Fatimah dan ʿ Alī. Khadijah sendiri dianggap sebagai salah satu dari orang-orang kudus perempuan terkemuka dalam Islam dan, bersama dengan Fatimah, memainkan peran yang sangat penting dalam Islam dan kesalehan dalam peristiwa eskatologis terhubung dengan jiwa perempuan.
Pada usia 35, Muhammad telah menjadi tokoh yang sangat dihormati di Mekah dan telah mengambil ʿ Alī dalam rumah tangganya. Ketika ia ditanya, menurut tradisi Islam, untuk menengahi perselisihan mengenai mana suku harus menempatkan batu hitam suci di sudut yang baru dibangun Ka ʿ bah , Muhammad menyelesaikan konflik dengan meletakkan jubahnya di tanah dengan batu di tengah dan memiliki seorang wakil dari masing-masing suku mengangkat sudut sampai batu mencapai ketinggian yang sesuai harus ditetapkan di dinding. Reputasinya berasal, sebagian, dari religiusitas yang mendalam dan perhatian untuk berdoa. Dia sering akan meninggalkan kota dan pensiun ke padang gurun untuk berdoa dan meditasi. Selain itu, sebelum munculnya nubuatnya, ia menerima visi yang ia digambarkan sebagai seperti itu dalam salah satu periode mundur, saat ia berusia 40 tahun dan bermeditasi di sebuah gua bernama "memecah cahaya fajar." al-Hira ʾ di Gunung Cahaya (Jabal al-Nūr) dekat Mekkah, bahwa Muhammad mengalami kehadiran malaikat Jibril dan proses Qur ʾan dan wahyu  dimulai.

B . Masa Kerasulan
        Menjelang usianya yang ke empat puluh, dia sudahterlalu biasa memisahkan diri  dari kegalauan masyarakat, berkomtemplasi ke gua hira, beberapa kilometer di utara makkah. Di sana Muhammad mula-mula kemudian berhari- hari bertafakkur. Pada tanggal 17 ramadhan tahun 611M , malaikat jibril muncul di hadapanya, menyampaikan wahyu yang pertama : bacala dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,dan tuhanmu itu maha mulia, dia telah mengajar dengan Qalam ( QS 96 1-5 ). Dengan turumya wahyu pertama itu, bearti Muhammad telah di pilih tuhan sebagai nabi, dalam wahyu pertama ini , dia belum di perintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Setelah Nabi Miuhammad SAW menerima wahyu, maka secara resmi beliau telah diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT. Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat yang telah berada dalam kesesatan untuk menuju jalan yang lurus. Dakwah Nabi Muhammad SAW dimulai dari wilayah Makkah di jazirah Arab, walaupun pada akhirnya ajaran beliau adalah untuk seluruh umat manusia. Jauh sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya Allah SWT juga telah mengutus nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kedua Rasul ini telahberhasil membina bangsa Arab dan masyarakat makkah menjadi orang yang beriman dan henya menyembah kepada Allah SWT. Bahkan kedua Rasul tersebut juga diperintah Allah SWT untuk membangun Ka’bah di Makkah. Namun dengan berjalanya waktu, keimanan masyarakat Makkah menjadi luntur dan berubah menjadi kemusyrikan dengan menyembah patung dan berhala. Mereka tidak hanya mengalami kerusakan dalam hal aqidah, bahkan akhlaknya juga rusak.
Nabi Muhammad SAW sebagai rasul tidak henti-hentinya berusaha memperbaiki akhlak masyarakat yang sudah rusak tersebut. Untuk memperbaiki akhlak, maka Allah SWT telah mengutus rasul yang memang semenjak kecil dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang sangat mulia akhlaknya. Sejak masih kecil, remaja, sampai dewasa Nabi Muhammad sudah dikenal oleh masayarakat Makkah sebagai orang yang mempunyai kepribadian baik, berbeda dengan kebanyakan orang saat itu. Penampilannya pun sederhana, bersahaja, dan berwibawa. Ketika ia berjalan badannya agak condong kedepan, melangkah sigap dan pasti. Raut mukanya menunjukkan pikirannya yang cerdas, tajam, dan jernih. Pandangan matanya menunjukkan keteduhan dan kewibawaan, membuatorang patuh kepadanya. Ia juga dikenal sebagai orang yang jujur dalam setiap perkataan maupun perbuatan. Dengan sifatnya yang demikian itu tidak heran bila Khadijah, majikannya menaruh simpati kepadanya, dan tidak pula mengherankan bila Muhammad diberi keleluasaan mengurus hartanya. Khadijah juga membiarkannya menggunakan waktu untuk berpikir dan menuangkan hasil pemikirannya. Akhirnya Muhammad dan Khadijah menikah menjadi sepasang suami istri yang sangat setia dan memiliki anak-anak yang shalih. Muhammad mendapat kurnia Tuhan dalam perkawinannya dengan Khadijah, mereka berada dalam kedudukan yang tinggi dan harta yang cukup. Seluruh penduduk Makkah memandangnya dengan rasa segan dan hormat. Mereka mensyukuri karunia Tuhan yang diberikan kepadanya serta anak dan keturunan yang baik. Semua itu tidak mengurangi pergaulannya dengan penduduk Makkah baik yang kaya maupun yang miskin. Dalam kehidupan hari-hari, Muhammad bergaul baik dengan masyarakat sekitar. Bahkan setelah menikah dengan Khadijah ia lebih dihormati di tengah-tengah masyarakat. Dengan dihormati orang Muhammad tidak menjadi tinggi hati, namun ia menjadi semakin rendah hati. Bila ada yang mengajaknya bicara ia mendengarkan dan memperhatikannya tanpa menoleh kepada orang lain. Perilakunya yang demikian sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang menjadi sombong dan congkak ketika dihormati, dan marah-marah ketika merasa tidak dihormati. Muhammad juga bukan termasuk orang yang suka mengobral perkataan, ia berkata seperlunya, dan ia lebih banyak mendengarkan. Bila bicara selalu bersungguh-sungguh, tapi sungguhpun begitu ia sesekali membuat humor dan bersenda-gurau. Sifatnya yang jujur tersebut juga sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang suka berbohong, membual, dan sulit dipercaya. Setiap bertemu orang Muhammad selalu tersenyum. Pada saat-saat tertentu juga bercanda dan terkadang tertawa sampai terlihat gerahamnya. Bila ia marah tidak pernah sampai tampak kemarahannya, hanya antara kedua keningnya tampak sedikit berkeringat, hal ini disebabkan ia menahan rasa amarah dan tidak mau menampakkannya keluar. Semua itu terbawa oleh kodratnya yang selalu lapang dada, berkemauan baik dan menghargai orang lain. Ia Bijaksana, murah hati dan mudah bergaul. Tapi ia juga mempunyai tujuan pasti, berkemauan kuat, tegas dan tak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian ini berpadu dalam dirinya dan meninggalkan pengaruh yang dalam sekali pada orang-orang yang bergaul dengan dia. Bagi orang yang melihatnya tiba-tiba, sekaligus akan timbul rasa hormat, dan bagi orang yang terbiasa bergaul dengannya akan timbul rasa cinta kepadanya. Muhammad menjalin hubungan baik kepada penduduk Makkah. Ia juga berpartisipasi dalam kegiatan sosial dalam kehidupan masyarakat hari-hari. Pada waktu itu masyarakat sedang sibuk karena bencana banjir besar yang turun dari gunung kemudian menimpa dan meretakkan dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah rapuh. Sebelum itupun masyarakat suku Quraisy memang sudah memikirkannya. Ka’bah yang tidak beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang berharga di dalamnya. Hanya saja masyarakat suku Quraisy merasa takut kalau bangunannya diperkuat, pintunya ditinggikan dan diberi atap, dewa Ka’bah yang suci itu akan menurunkan bencana kepada mereka. Sepanjang zaman Jahiliyyah keadaan mereka diliputi oleh berbagai macam legenda yang mengancam bagi siapapun yang berani mengadakan sesuatu perubahan terhadap Ka’bah. Dengan demikian perbuatan itu dianggap tidak umum.
Tetapi sesudah mengalami bencana banjir tindakan demikian itu adalah suatu keharusan, walaupun masih diliputi rasa takut dan ragu-ragu. Bertepatan dengan kejadian itu, kapal milik seorang pedagang Romawi bernama Baqum yang datang dari Mesir terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum adalah seorang ahli bangunan yang mengetahui masalah perdagangan. Sesudah suku Quraisy mengetahui hal ini, maka berangkatlah al-Walid bin al-Mughira dengan beberapa orang dari Quraisy ke Jeddah menemui Baqum. Kapal itu kemudian dibelinya, kemudian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke Makkah guna membantu mereka membangun Ka’bah kembali. Baqum menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Makkah ada seorang Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai bahwa diapun akan bekerja dengan mendapat bantuan Baqum. Sudut-sudut Ka’bah oleh suku Quraisy dibagi empat bagian tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan itu mereka masih ragu-ragu dan khawatir akan mendapat bencana. Kemudian al-Walid bin al-Mughira tampil ke depan dengan merasa sedikit takut. Setelah berdoa kepada dewa-dewanya, ia mulai merombak bagian sudut selatan. Orang-orang menunggu apa yang akan dilakukan Tuhan terhadap al-Walid. Tetapi setelah sampai pagi hari tak terjadi apa-apa, mereka pun beramai-ramai merombaknya dan memindahkan batu-batu yang ada. Muhammad pun ikut dalam kerja bakti itu.
Sesudah bangunan itu setinggi orang berdiri dan tiba saatnya meletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut timur, maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya mendapat kehormatan meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Demikian memuncaknya perselisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara. Keluarga Abdud Dar dan keluarga ‘Adi bersepakat takkan membiarkan kabilah yang manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. Untuk itu mereka mengangkat sumpah bersama. Keluarga Abdud Dar membawa sebuah baki berisi darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu guna memperkuat sumpah mereka. Karena itu lalu diberi nama La’aqatud Dam, yakni ‘jilatan darah.’ Abu Umayyah bin al-Mughira dari Bani Makhzum, adalah orang yang tertua di antara mereka. Ia dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan serupa itu ia berkata kepada mereka:
"Serahkanlah putusan kamu ini di tangan orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa ini."
Tatkala mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru: "Ini al-Amin (orang yang terpercaya) ; kami dapat menerima keputusannya." Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada Muhammad. Iapun mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api permusuhan itu. Ia berpikir sebentar, lalu katanya: "Kemarikan sehelai kain," katanya. Setelah kain dibawakan dihamparkannya dan diambilnya batu itu lalu diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya; "Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini." Mereka bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Lalu Muhammad mengeluarkan batu itu dari kain dan meletakkannya di tempatnya. Dengan demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan. Quraisy menyelesaikan bangunan Ka’bah sampai setinggi delapanbelas hasta (± 11 meter), dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menyuruh atau melarang orang masuk. Di dalam Ka’bah itu mereka membuat enam batang tiang dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah dalam dipasang sebuah tangga naik sampai ke teras di atas lalu meletakkan Hubal di dalam Ka’bah. Juga di tempat itu diletakkan barang-barang berharga lainnya, yang sebelum dibangun dan diberi beratap menjadi sasaran pencurian.
Kejadian ini berlangsung saat Muhammad berusia 35 tahun, dan keputusannya mengambil batu dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di tempatnya dalam Ka’bah, menunjukkan betapa tingginya kedudukannya dimata penduduk Makkah, betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai orang yang berjiwa besar. Pada tahun 611 M, waktu itu Muhammad berusia 40 tahun beliau menerima wahyu yang pertama. Di puncak Gunung Hira, – sejauh dua farsakh sebelah utara Makkah – terletak sebuah gua yang sangat kondusif untuk tempat menyendiri (berkhalwat). Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun Muhammad pergi ke sana dan berdiam di tempat itu. Ia tekun dalam merenung dan beribadah, menjauhkan diri dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari Kebenaran tentang keberadaan Tuhan dan merenungkan keboborokan perilaku sehari-hari masyarakat Arab saat itu. Demikian kuatnya ia merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga lupa ia akan dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada dalam hidup ini. Sebab, segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia sekitarnya, bukanlah suatu kebenaran.
Ia merenung untuk mencari jawaban mengenai perilaku masyarakat dalam masalah-masalah hidup. Apa yang disajikan sebagai kurban-kurban untuk tuhan-tuhan mereka itu, bukanlah sesuatu yang dapat dibenarkan menurut rasio dan nurani yang jernih. Berhala-berhala yang tidak berguna, tidak menciptakan dan tidak pula mendatangkan rejeki, tak dapat memberi perlindungan kepada siapapun yang ditimpa bahaya tidak selayaknya dipuja dan disembah. Hubal, Lata dan ‘Uzza, dan semua patung-patung dan berhala-berhala yang terpancang di dalam dan di sekitar Ka’bah, tak pernah menciptakan seekor lalat sekalipun, atau akan mendatangkan suatu kebaikan bagi Makkah. Ketika itulah ia percaya bahwa masyarakatnya telah tersesat, jauh dari kebenaran.Keyakinan mereka terhadap keberadaan Tuhan telah rusak karena tunduk kepada khayal berhala-berhala serta kepercayaan-kepercayaan semacamnya. Kebenaran itu ialah Allah, Khalik seluruh alam, tak ada tuhan selain Dia. Kebenaran itu ialah Allah Pemelihara semesta alam. Dialah Maha Rahman dan Maha Rahim. Kebenaran itu ialah bahwa manusia dinilai berdasarkan perbuatannya. "Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat atompun akan dilihatNya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat atompun akan dilihatNya pula." (Qur’an, 99:7-8) Dan bahwa surga itu benar adanya dan neraka juga benar adanya. Mereka yang menyembah tuhan selain Allah mereka itulah menghuni neraka, tempat tinggal dan kediaman yang paling durhaka. Tatkala ia sedang bertahanuth, ketika itulah datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya: "Bacalah!" Dengan terkejut Muhammad menjawab: "Saya tak dapat membaca". Ia merasa seolah malaikat itu mencekiknya, kemudian dilepaskan lagi seraya katanya lagi: "Bacalah!" Masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab: "Apa yang akan saya baca."Seterusnya malaikat itu berkata: "Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya …" Lalu ia mengucapkan bacaan itu. Malaikatpun pergi, setelah kata-kata itu terpateri dalam kalbunya. Setelah menerima wahyu yang pertama itu maka Muhammad menjadi seorang utusan (rasul), sehingga dia mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Allah SWT kepada umat manusia. Setelah menjadi rasul, maka sifat-sifat mulia yang dimilikinya tdak hanya dimilikinya sendiri, namun dia harus mengajarkan dan memberi teladan kepada umat manusia untuk berakhlak yang mulia. Nabi Muhammad bersabda :
Artinya : “Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak)” (HR Ahmad).
Artinya : “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya”. (QS Fathir : 10)
Nabi Muhammad mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari harta, keturunan, suku, keindahan tubuh, kekuatan, maupun pangkat dan jabatannya dalam masyarakat.
Namun kemuliaan manusia terletak pada ketaatannya kepada Allah SWT dan kemuliaan akhlaknya, baik berupa sikap, perkataan, maupun perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal ketika itu masayarakat Arab sangat menonjolkan keturunan dan sukunya. Mereka sering berselisih, bertengkar bahkan berperang agar sukunya menjadi yang paling terhormat diantara yang lain. Mereka juga sangat membanggakan harta dan kedudukan. Semakin banyak harta dan memiliki banyak budak, maka mereka merasa menjadi mulia. Setelah menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW memberikan ajaran yang sangat mulia bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Padahal perilaku masyarakat Quraisy saat itu seringkali menyengsarakan orang lain,, mereka semena-mena terhadap orang-orang miskin apalagi terhadap budak-budak mereka. Betapa beratnya tugas Nabi Muhammad SAW untuk membina manusia agar berakhlak mulia ketika kondisi akhlaknya sudah buruk. Namun semua itu dilakukan beliau dengan penuh kesabaran dan dengan cara memberi teladan.

C. Nabi Muhammad Sebagai Rahmat bagi Alam Semesta
Bagi orang-orang yang merasakan bahwa kehidupan para pembesar dan bangsawan Makkah yang sudah sesat dan keterlaluan, namun mereka tidak mampu berbuat apa-apa, maka kehadiran Nabi Muhammad saw. seperti seteguk air saat mereka merasakan dahaga yang sudah sangat lama. Nabi Muhammad saw. mengajarkan tentang persamaan derajat manusia. Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan agar penyelesaian masalah tidak boleh dilakukan dnegan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang damai dan beradab. Hal ini tercermin dalam tindakan Nabi Muhammad ketika mendamaikan masyarakat Makkah saat akan meletakkan Hajar  Aswad pada tempatnya.Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya maka dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang kuat harus mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya baik anak itu laki-laki maupun perempuan, sebaliknya anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, maka akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram dan sejahtera. Terbukti, saat ini keadaan Masyarakat Makkah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad saw. Dengan demikian sesungguhnya Nabi Muhammad ditus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam. Nabi tidak hanya diutus untuk penduduk Makkah saja, atau bagi bangsa  Arab saja, namun nilai-nilai yang dibawanya adalah nilai-nilai universal yang dapat meningkatkan martabat umat manusia sehingga berbeda dengan binatang.
Artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QَS Al Anbiya : 107}

D. Meneladani Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat di Makkah
Pada mulanya, dakwah Nabi Muhammad di Makkah dimulai dari sanak keluarga dan kerabat dekat. Itupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, di rumah salah seorang sahabat yang bernama Al Arqom bin Abil Arqom Al Makhzumi. Upaya tersebut membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Kurang lebih tiga tahun ada 39 orang yang menyatakan iman dan Islam, semuanya dari kerabat dekat dan sahabat-sahabat yang lain. Di antara kerabat dekat yang masuk Islam waktu itu antara lain Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Zaid bin Haritsah. Khadijah, istri nabi, orang yang cukup terpandang dan kaya raya. Abu Bakar, seorang dermawan yang kaya raya. Ali bin Abi Tholib, seorang pemuda yang cukup cerdas dan dihormati. Dengan masuk Islamnya orang-orang tersebut membawa pengaruh besar pada dakwah nabi sampai masa berikutnya. Karena orang-orang tersebut cukup dihormati di kalangan orang-orang Quraisy.
Di antara sahabat yang menyusul masuk Islam antara lain Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Fatimah binti Khatab serta suaminya (Said bin Zaid), Arqam bin Abil Arqam, Thalhah bin Ubaidillah. Mereka termasuk “Assabiqunal Awwalun”, yakni orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Dakwah secara terang-terangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. mendapat reaksi cukup keras dari para pemuka dan tokoh Quraisy, antara lain Abu Lahab (Abdul Uzza), Abu Jahal, Umar ibnu Khatab (sebelum masuk Islam), Uqbah bin Abi Muatih, Aswad bin Abdi Jaghuts, Hakam bin Abil Ash, Abu Sufyan bin Harb (sebelum masuk Islam), Ummu Jamil (istri Abu Lahab). Reaksi keras yang dilakukan oleh para tokoh Quraisy tersebut antara lain berupa ejekan, hinaan, hasutan, ancaman, dan penganiayaan secara fisik. Hal yang sama juga dilakukan kepada orang-orang Quraisy sendiri, agar tidak mengikuti seruan Nabi Muhammad. Namun, Rasulullah tetap tabah dan sabar, dakwah pun tetap dijalankan. Bahkan semakin terang-terangan dan meluas ke wilayah lain.
Menghadapi sikap Rasulullah tersebut orang-orang Quraisy bertambah marah, bahkan pernah merencanakan akan melakukan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad. Rencana tersebut dilakukan menjelang Nabi Muhammad akan hijrah ke Madinah. Atas pertolongan Allah SWT, waktu itu Nabi selamat dari rencana pembunuhan tersebut. Kemudian bisa hijrah ke Madinah. Meskipun Nabi Muhammad saw. dengan susah payah dalam berdakwah karena mendapat tantangan dari Kaum Quraisy, tetapi makin hari makin didengar orang sehingga makin banyak pengikutnya. Dakwah Nabi Muhammad di Makah dilakukan kurang lebih selama 13 tahun, dan selebihnya selama 10 tahun Nabi Muhammad berada di Madinah. Ketika berdakwah di Makkah, tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah dan para sahabat begitu besar. Dari uraian sejarah di atas dapat diambil pelajaran yang sangat berharga dari cara cara dakwah Rasulullah yang harus diteladani oleh umat islam, antara lain adalah :
1.      Nabi Muhammad berdakwah dengan keteladanan. Sebelum beliau menyampaikan sesuatu, maka beliau terlebih dahulu melaksanakanya. Jadi, disamping dakwah dengan lisan, dakwah juga dilakukan dengan perbuatan, sikap, dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Disampaikan dengan penuh kehati-hatian, sabar, dan menggunakan bahasa yang halus dan lemah lembut serta dengan bahasa yang mudah dipahami.
3.      Rasulullah saw. memposisikan para pengikutnya sebagai sahabat, hal ini tercermin dalam sebutan para pengikutnya yakni dengan sebutan ‘sahabat’. Cara seperti ini menimbulkan rasa simpati yang luar biasa, karena di dalam Islam nyata-nyata diterapkan kesetaraan.
4.      Rasulullah saw. selalu bersama para sahabat-sahabatnya baik dalam keadaan suka maupun duka, dengan demikian terjalin persatuan, kesatuan, dan solidaritas umat Islam yang sangat kuat. Dalam berdakwah Rasulullah saw. tidak pernah memaksakan kehendak, Rasulullah saw hanya menyampaikan ajaran dari Allah SWT, dan memberikan pemahaman secara rasional dan dengan hati yang jernih. Mengikuti atau tidak hal itu menjadi hak pribadi masing-masing. Dengan kata lain, dalam berdakwah Rasulullah saw tidak pernah menggunakan cara-cara kekerasan.

E . Gambaran Umum : Misi Muhammad Saw
Secara historis, perjalanan nabi Muhammad Saw, sebagai masalah risalah langit, terbagi dalam periode, yaitu pertama , periode pra kerasulan, kedua periodekerasulan , ketiga :periode pasca kerasulan, visi dan misi : nabi hanya membawa doktri teologis semata dan nabi yang membawa doktrin teologis dan doktrin politis .doktrin teologis adalah doktrin manusia dengan ideal moral tuhan tanpa melakukan perubahan sosoial politik sebagai sebagian dari proses ideal moral tersebut sedangkan teologi politis adalah doktrin yang mengedepankan ajaran moral sekaligus berusaha melakukan perubahan system untuk menata institusi – institusi social dan politik.
Para nabi yang tergolong membawa doktrin teologis politis ini, di antaranya adalah nabi – nabi yang bergelar ulul azmi, nabi Muhammad yang berkenaan dengan hal- hal yang bersifat eksentis, juga berusaha beserta umatnya menata kekuatan untuk mengambil alih peran kepemimpinan dan pemerintahan orang- orang Quraisy, peran ini sangat dominan, terutama pada saat nabi berada di madinah .





C.   Penutup
Muhammad, penuh Abū al-Qasim Muḥammad ibn ʿ Abd Allāh ibn ʿ Abd al-Muthalib bin Hasyim (570 lahir, Mekkah, Saudi [sekarang di Arab Saudi]-meninggal 8 Juni 632, Madinah), pendiri agama Islam , diterima oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai yang terakhir dari nabi-nabi Allah .
Meskipun namanya kini dipanggil dengan hormat beberapa miliar kali setiap hari, Muhammad adalah tokoh yang paling dibenci di sejarah Barat dari abad ke-7 sampai waktu yang cukup baru-baru ini. Dia adalah pendiri satunya agama utama dunia yang tinggal di cahaya penuh sejarah dan tentang siapa terdapat banyak catatan dalam teks-teks sejarah, meskipun seperti tokoh-tokoh sejarah lainnya pramodern tidak setiap detail hidupnya dikenal. Karena Muhammad adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah, hidupnya, perbuatan, dan pikiran telah diperdebatkan oleh pengikut dan lawan selama berabad-abad, yang membuat biografi dirinya sulit untuk menulis. Pada setiap giliran kedua pemahaman Islam Muhammad dan penafsiran rasionalis dirinya oleh para sarjana Barat, yang tumbuh dari filsafat ke-18 dan abad ke-19 seperti positivisme , harus dipertimbangkan. Selain itu, atas dasar bukti-bukti sejarah dan pemahaman Islam Muhammad sebagai Nabi, respon harus dibentuk untuk tulisan-tulisan polemik Kristen mencirikan Muhammad sebagai murtad jika tidak Antikristus . Ini tanggal kembali ke awal Abad Pertengahan dan masih berpengaruh terhadap beberapa derajat konsep Barat secara umum dia. Hal ini penting, karena itu, baik untuk memeriksa sejarah rekor meskipun tidak selalu atas dasar asumsi-dan sekuler untuk membuat jelas pemahaman Islam Muhammad.



MAKALAH
SEJARAH PERADAPAN ISLAM
(KEHIDUPAN MUHAMMAD DI MAKKAH )

Dosen : Drs.H. Kasful Anwar. Mag

Description: iainjambi.jpg

Kelompok : 1 ( satu )

Di susun oleh :

Nuril Ima Nia
Sopriani
Suharyanti
Joni


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2012




DAFTAR PUSTAKA


1.      Dedi supriyadi . Mag.Sejarah Peradapan Islam.2008.bandung:pustaka setia
2.      Dr.Badri Yatim,M.A .Sejarah Peradapan Islam Dirasah Islamiyah 11.2004. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

3.      http.kehidupan Muhammad di makkah. Com.

3 Komentar:

Pada 20 Februari 2014 pukul 07.21 , Blogger Unknown mengatakan...

(0)

 
Pada 20 Februari 2014 pukul 07.22 , Blogger Unknown mengatakan...

(Y)

 
Pada 20 Februari 2014 pukul 07.24 , Blogger Unknown mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda