SEJARAH PERADAPAN ISLAM (KEHIDUPAN MUHAMMAD DI MAKKAH )
A. Pendahuluan
Makalah ini merupakan upaya untuk membandingkan dan kontras aspek
kehidupan Nabi selama Mekah dan Medinah periode. Hal ini juga akan menganalisis
perbedaan wahyu yang diterima oleh Nabi dan diawetkan dalam Al-Qur'an. Selain
itu, studi ini hidup Muhammad akan diletakkan dalam konteks aspek-aspek
politik, hukum dan sosial al-Jahiliyyah, pra-Islam di Arabia. Ibnu Ishaq Sirat
Rasul Allah atau Kehidupan Rasulullah, adalah sumber awal hidup dianggap
menjadi 'biografi' dari Nabi, dan bersama dengan Al-Qur'an itu tetap menjadi
dokumen utama untuk mempelajari kehidupan Muhammad. Namun ulama, seperti
Peters, klaim, aktivitas editorial Ibnu Ishaq di Sira (cara hidup) terlihat
jelas, akibatnya ia meminta pertanyaan tentang konten itu sendiri. Penulis lain,
seperti al-Waqidi, Ibnu Sa'ad sekretarisnya, dan al-Baladhuri juga menciptakan
karya-karya awal kehidupan Muhammad, ini kehilangan sumber yang tidak pernah
benar-benar direkonstruksi. Al-Qur'an tidak hanya tetap menjadi sumber
pengetahuan tentang kehidupan Nabi tetapi juga mencerminkan ketegangan,
hambatan dan situasi keseluruhan yang dihadapi Muhammad ketika di Mekah dan
kemudian Madinah. Untuk memahami perbedaan antara dua periode sangat penting
untuk memahami situasi dalam kehidupan Nabi. Tulisan ini bukanlah usaha untuk
menceritakan sejarah Nabi. Esai mencoba untuk mengeksplorasi kepribadiannya
berubah dalam menanggapi perubahan keadaan, reaksinya terhadap tatanan sosial
dan politik, dan dampaknya mungkin memiliki pada ajarannya diawetkan dalam Al Qur'an.
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada Tahun
Gajah, diyakini sekitar tahun 570, dan tinggal sebuah 'kehidupan biasa', yang
dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya. Ia menikah dengan seorang wanita
pedagang, Khadijah yang ditandai oleh kekayaan dan intelektual tetapi juga
adalah wanita terbaik kelahiran di Quraysh, suku yang dominan di Mekah. Dia
adalah ibu dari anak-anaknya dan yang pertama untuk memeluk Islam. Mekkah itu
sendiri adalah salah satu pusat perdagangan di mana pemukim berbagai berinteraksi
dengan satu sama lain, ditempatkan pada salah satu rute perdagangan utama di
Timur Tengah, antara selatan (Yaman) dan utara (Greater Suriah dan Irak). Itu
adalah pusat kosmopolitan yang muncul di mana kepentingan keuangan dan material.
.
B. PEMBAHASAN
1. Kehidupan Muhammad :Dakwah
Dan Perjuangan
A . Silsilah akar dan awal kehidupan Sebelum Masa
Kerasulan
Baik
sebelum munculnya Islam dan selama periode Islam, suku-suku Arab menaruh
perhatian besar terhadap silsilah dan menjaga pengetahuan mereka
dengan perawatan sangat cermat. Bahkan, selama sejarah Islam ilmu seluruh
silsilah (ʿ ilm al-anṣāb) dikembangkan yang adalah makna sejarah banyak.
Pada periode pra-Islam, Namun, pengetahuan ini tetap tidak tertulis, dan untuk
alasan itu belum ditanggapi serius oleh sejarawan Barat hanya mengandalkan
catatan tertulis. Bagi Muslim, bagaimanapun, silsilah Muhammad selalu tertentu.
Mereka melacak nenek moyangnya untuk Isma ʿ Il (Ismail) dan karenanya kepada
Abraham nabi. Fakta ini diterima bahkan oleh lawan Eropa abad pertengahan
Islam, tetapi telah dipertanyakan oleh sejarawan modern.
Menurut
sumber-sumber Islam tradisional, Muhammad lahir di Mekkah
pada
"Tahun Gajah," yang sesuai dengan iklan tahun 570, tanggal modern
Barat ulama menyebutkan sebagai setidaknya perkiraan tanggal lahir nya. Sebuah
peristiwa tunggal memberikan Tahun Gajah namanya ketika Abrahah ,
raja Abyssinia, mengirim pasukan besar ke Mekah untuk menghancurkan Ka
ʿ bah , Muslim kudus yakini telah dibangun oleh
Adam dan direkonstruksi oleh Abraham dan yang Abrahah dipandang sebagai saingan
pelipisnya yang baru dibangun di Sanaa di Yaman. Menurut tradisi, gajah yang
berbaris di kepala tentara Abrahah itu berlutut saat mendekati Mekah, menolak
untuk pergi jauh. Segera langit menghitam dengan burung yang melempari tentara
dengan batu kerikil, mengemudi mereka pergi dalam kekacauan. Dengan demikian,
tempat kudus yang Muslim menganggap refleksi duniawi dari kuil langit
diselamatkan, meskipun pada waktu itu menjabat suku Arab yang (dengan
pengecualian dari Hanif, atau primordialists) diabaikan tauhid Ibrahim.
Segera setelah peristiwa penting dalam sejarah Arabia,
Muhammad lahir di Mekkah. Ayahnya, ʿ Abd Allāh, dan ibunya, Aminah, milik
keluarga dari Bani
Hasyim , sebuah cabang dari kuat Quraisy ,
suku yang berkuasa dari Mekkah, yang juga dijaga kuil yang paling suci, Ka ʿ bah. Karena ʿ Abd
Allāh meninggal sebelum kelahiran Muhammad, Aminah menempatkan semua harapannya
pada anak yang baru lahir. Tanpa seorang ayah, Muhammad mengalami banyak
kesulitan meskipun kakeknya ʿ
Abd al-Muththalib adalah seorang pemimpin dalam
masyarakat Mekah. Penekanan dalam masyarakat Islam tentang kemurahan hati untuk
anak yatim berkaitan dengan pengalaman masa kecil Muhammad serta cinta
berikutnya nya untuk anak yatim dan Qur ʾ perintah anic tentang pengobatan
mereka.
Agar
Muhammad untuk menguasai bahasa Arab dalam bentuknya yang murni dan menjadi
akrab dengan tradisi Arab, Aminah mengutusnya sebagai bayi ke padang gurun,
seperti kebiasaan semua keluarga Arab yang besar pada waktu itu. Di padang
pasir, diyakini, salah satu mempelajari sifat-sifat disiplin diri, bangsawan,
dan kebebasan. Sebuah tinggal di gurun juga menawarkan melarikan diri dari
dominasi waktu dan korupsi kota. Selain itu, diberi kesempatan untuk menjadi
pembicara yang lebih baik melalui paparan bahasa Arab fasih diucapkan oleh
Badui. Dengan cara ini ikatan dengan padang pasir dan kemurnian dan ketenangan
telah diperpanjang untuk penduduk kota di setiap generasi. Aminah memilih
seorang wanita miskin bernama Halimah
dari suku
Bani Sa d ʿ, sebuah cabang dari Hawazin, untuk menyusu dan memelihara anaknya.
Dan sehingga Muhammad muda menghabiskan beberapa tahun di padang gurun.
Itu
juga saat ini bahwa, menurut tradisi, dua malaikat menampakkan dirinya kepada
Muhammad dalam kedok laki-laki, membuka dadanya, dan dimurnikan hatinya dengan
salju. Ini episode, yang mencontohkan keyakinan Islam bahwa Allah dimurnikan
nabi dan melindunginya dari dosa, juga dijelaskan oleh Muhammad:
"Datanglah kepadaku dua orang, berpakaian putih, dengan baskom emas penuh
salju. Kemudian mereka meletakkan atasku, dan, membelah membuka payudara saya,
mereka melahirkan hatiku. Hal ini juga mereka terbelah dan mengambil dari itu
gumpalan hitam yang mereka dibuang. Kemudian mereka mencuci hatiku dan payudara
saya dengan salju "(Martin Lings, Muhammad: Hidup-Nya, Berdasarkan
Sumber Terlama, 1991). Muhammad kemudian mengulangi ayat tersebut,
ditemukan dalam Hadis, "Setan menjamah setiap anak Adam pada hari ibunya
Ia menutupi dirinya, kecuali hanya Maria dan anaknya." Kagum dengan acara
ini dan juga memperhatikan tahi lalat di punggung Muhammad (kemudian
diidentifikasi dalam sumber tradisional sebagai tanda kenabian), Halimah dan
suaminya, Harits, mengambil anak itu kembali ke Mekah.
Ibu
Muhammad meninggal ketika dia berusia enam tahun. Sekarang benar-benar yatim
piatu, ia dibesarkan oleh kakeknya ʿ
Abd al-Muththalib , yang juga meninggal dua
tahun kemudian. Dia kemudian ditempatkan dalam perawatan Abu
Thalib , paman Muhammad dan ayah dari ʿ Alī, sepupu
Muhammad. Kemudian dalam kehidupan Muhammad akan membalas kebaikan ini dengan
mengambil ʿ
Alī ke rumahnya dan memberikan putrinya Fatimah
kepadanya dalam pernikahan.
Hal
ini diyakini bahwa Muhammad tumbuh menjadi seorang pemuda keindahan fisik yang
tidak biasa serta kemurahan hati karakter. Rasa keadilan dan keadilan begitu
dihormati bahwa orang-orang Mekah sering pergi kepadanya untuk arbitrase dan
mengenalnya sebagai al-Amin, "Yang Terpercaya." Penampilan mencolok
Nya adalah subjek dari puisi yang tak terhitung jumlahnya dalam bahasa Islam
berbagai. Muhammad, menurut ʿ Alī,
tidak
tinggi atau kurus atau pendek dan gempal, tapi tingginya sedang. Rambutnya
tidak renyah meringkuk atau lurus namun agak bergelombang. Dia tidak kelebihan
berat badan dan wajahnya tidak gemuk. Dia memiliki wajah bulat. Kulitnya putih
diwarnai dengan kemerahan. Dia memiliki mata hitam besar dengan bulu mata
panjang. Alisnya yang berat dan bahunya lebar. Dia memiliki kulit lembut,
dengan rambut halus menutupi garis dari dada pertengahan pusar. Telapak tangan
dan telapak kakinya tegas empuk. Ia berjalan dengan gaya berjalan tegas,
seolah-olah melangkah menurun. Di punggungnya antara bahunya meletakkan Seal
Kenabian [tahi lalat], karena ia adalah yang terakhir dari para nabi. Sumber-sumber
Islam menunjukkan bahwa orang lain diakui mol sebagai tanda kenabian, termasuk
pendeta Kristen Bahira, yang bertemu ketika Nabi Muhammad bergabung Abu Thalib
perjalanan kafilah ke Suriah.
Ketika ia berusia 25 tahun, Muhammad menerima
lamaran pernikahan dari seorang wanita kaya Mekah, Khadijah
binti Khuwaylid al- , yang urusan dia
melakukan. Terlepas dari kenyataan bahwa ia adalah 15 tahun lebih tua dari dia,
Muhammad menerima proposal tersebut, dan ia tidak mengambil istri lain sampai
setelah kematiannya (meskipun poligami diizinkan dan umum). Dia memberinya dua
anak, keduanya mati muda. Ini adalah dari anak pertama, Qasim, bahwa salah satu
dari nama-nama Nabi, Abu al-Qasim ʾ ("Bapa Qasim"), berasal. Dia juga
melahirkan baginya empat putri, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah .
The, bungsu Fatimah, yang disebut Maria kedua, memiliki dampak terbesar pada
sejarah semua anak-anaknya. Shi ʿ ite imam dan sayyid atau Sharif dianggap
keturunan Muhammad, dari garis keturunan dari Fatimah dan ʿ Alī. Khadijah
sendiri dianggap sebagai salah satu dari orang-orang kudus perempuan terkemuka dalam
Islam dan, bersama dengan Fatimah, memainkan peran yang sangat penting dalam
Islam dan kesalehan dalam peristiwa eskatologis terhubung dengan jiwa
perempuan.
Pada usia 35, Muhammad telah menjadi tokoh
yang sangat dihormati di Mekah dan telah mengambil ʿ Alī dalam rumah tangganya.
Ketika ia ditanya, menurut tradisi Islam, untuk menengahi perselisihan mengenai
mana suku harus menempatkan batu hitam suci di sudut yang baru dibangun Ka
ʿ bah , Muhammad menyelesaikan konflik dengan
meletakkan jubahnya di tanah dengan batu di tengah dan memiliki seorang wakil
dari masing-masing suku mengangkat sudut sampai batu mencapai ketinggian yang
sesuai harus ditetapkan di dinding. Reputasinya berasal, sebagian, dari
religiusitas yang mendalam dan perhatian untuk berdoa. Dia sering akan
meninggalkan kota dan pensiun ke padang gurun untuk berdoa dan meditasi. Selain
itu, sebelum munculnya nubuatnya, ia menerima visi yang ia digambarkan sebagai
seperti itu dalam salah satu periode mundur, saat ia berusia 40 tahun dan
bermeditasi di sebuah gua bernama "memecah cahaya fajar." al-Hira ʾ
di Gunung Cahaya (Jabal al-Nūr) dekat Mekkah, bahwa Muhammad mengalami
kehadiran malaikat
Jibril dan proses Qur ʾan dan wahyu dimulai.
B . Masa Kerasulan
Menjelang usianya yang ke empat puluh,
dia sudahterlalu biasa memisahkan diri
dari kegalauan masyarakat, berkomtemplasi ke gua hira, beberapa
kilometer di utara makkah. Di sana Muhammad mula-mula kemudian berhari- hari
bertafakkur. Pada tanggal 17 ramadhan tahun 611M , malaikat jibril muncul di
hadapanya, menyampaikan wahyu yang pertama : bacala dengan menyebut nama
tuhanmu yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,dan tuhanmu
itu maha mulia, dia telah mengajar dengan Qalam ( QS 96 1-5 ). Dengan turumya
wahyu pertama itu, bearti Muhammad telah di pilih tuhan sebagai nabi, dalam wahyu
pertama ini , dia belum
di perintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Setelah
Nabi Miuhammad SAW menerima wahyu, maka secara resmi beliau telah diangkat
menjadi Rasul oleh Allah SWT. Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat
yang telah berada dalam kesesatan untuk menuju jalan yang lurus. Dakwah Nabi
Muhammad SAW dimulai dari wilayah Makkah di jazirah Arab, walaupun pada
akhirnya ajaran beliau adalah untuk seluruh umat manusia. Jauh sebelum
kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya Allah SWT juga telah mengutus nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kedua Rasul ini telahberhasil membina bangsa
Arab dan masyarakat makkah menjadi orang yang beriman dan henya menyembah
kepada Allah SWT. Bahkan kedua Rasul tersebut juga diperintah Allah SWT untuk
membangun Ka’bah di Makkah. Namun dengan berjalanya waktu, keimanan masyarakat
Makkah menjadi luntur dan berubah menjadi kemusyrikan dengan menyembah patung
dan berhala. Mereka tidak hanya mengalami kerusakan dalam hal aqidah, bahkan
akhlaknya juga rusak.
Nabi
Muhammad SAW sebagai rasul tidak henti-hentinya berusaha memperbaiki akhlak
masyarakat yang sudah rusak tersebut. Untuk memperbaiki akhlak, maka Allah SWT
telah mengutus rasul yang memang semenjak kecil dikenal oleh masyarakat sebagai
orang yang sangat mulia akhlaknya. Sejak masih kecil, remaja, sampai dewasa
Nabi Muhammad sudah dikenal oleh masayarakat Makkah sebagai orang yang
mempunyai kepribadian baik, berbeda dengan kebanyakan orang saat itu.
Penampilannya pun sederhana, bersahaja, dan berwibawa. Ketika ia berjalan
badannya agak condong kedepan, melangkah sigap dan pasti. Raut mukanya
menunjukkan pikirannya yang cerdas, tajam, dan jernih. Pandangan matanya
menunjukkan keteduhan dan kewibawaan, membuatorang patuh kepadanya. Ia juga
dikenal sebagai orang yang jujur dalam setiap perkataan maupun perbuatan.
Dengan sifatnya yang demikian itu tidak heran bila Khadijah, majikannya menaruh
simpati kepadanya, dan tidak pula mengherankan bila Muhammad diberi keleluasaan
mengurus hartanya. Khadijah juga membiarkannya menggunakan waktu untuk berpikir
dan menuangkan hasil pemikirannya. Akhirnya Muhammad dan Khadijah menikah
menjadi sepasang suami istri yang sangat setia dan memiliki anak-anak yang
shalih. Muhammad mendapat kurnia Tuhan dalam perkawinannya dengan Khadijah,
mereka berada dalam kedudukan yang tinggi dan harta yang cukup. Seluruh
penduduk Makkah memandangnya dengan rasa segan dan hormat. Mereka mensyukuri
karunia Tuhan yang diberikan kepadanya serta anak dan keturunan yang baik.
Semua itu tidak mengurangi pergaulannya dengan penduduk Makkah baik yang kaya
maupun yang miskin. Dalam kehidupan hari-hari, Muhammad bergaul baik dengan
masyarakat sekitar. Bahkan setelah menikah dengan Khadijah ia lebih dihormati
di tengah-tengah masyarakat. Dengan dihormati orang Muhammad tidak menjadi
tinggi hati, namun ia menjadi semakin rendah hati. Bila ada yang mengajaknya
bicara ia mendengarkan dan memperhatikannya tanpa menoleh kepada orang lain.
Perilakunya yang demikian sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang
menjadi sombong dan congkak ketika dihormati, dan marah-marah ketika merasa
tidak dihormati. Muhammad juga bukan termasuk orang yang suka mengobral
perkataan, ia berkata seperlunya, dan ia lebih banyak mendengarkan. Bila bicara
selalu bersungguh-sungguh, tapi sungguhpun begitu ia sesekali membuat humor dan
bersenda-gurau. Sifatnya yang jujur tersebut juga sangat berbeda dengan
kebanyakan orang Makkah yang suka berbohong, membual, dan sulit dipercaya.
Setiap bertemu orang Muhammad selalu tersenyum. Pada saat-saat tertentu juga
bercanda dan terkadang tertawa sampai terlihat gerahamnya. Bila ia marah tidak
pernah sampai tampak kemarahannya, hanya antara kedua keningnya tampak sedikit
berkeringat, hal ini disebabkan ia menahan rasa amarah dan tidak mau menampakkannya
keluar. Semua itu terbawa oleh kodratnya yang selalu lapang dada, berkemauan
baik dan menghargai orang lain. Ia Bijaksana, murah hati dan mudah bergaul.
Tapi ia juga mempunyai tujuan pasti, berkemauan kuat, tegas dan tak pernah
ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian ini berpadu dalam dirinya dan
meninggalkan pengaruh yang dalam sekali pada orang-orang yang bergaul dengan
dia. Bagi orang yang melihatnya tiba-tiba, sekaligus akan timbul rasa hormat,
dan bagi orang yang terbiasa bergaul dengannya akan timbul rasa cinta
kepadanya. Muhammad menjalin hubungan baik kepada penduduk Makkah. Ia juga
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dalam kehidupan masyarakat hari-hari. Pada
waktu itu masyarakat sedang sibuk karena bencana banjir besar yang turun dari
gunung kemudian menimpa dan meretakkan dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah
rapuh. Sebelum itupun masyarakat suku Quraisy memang sudah memikirkannya.
Ka’bah yang tidak beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang
berharga di dalamnya. Hanya saja masyarakat suku Quraisy merasa takut kalau
bangunannya diperkuat, pintunya ditinggikan dan diberi atap, dewa Ka’bah yang
suci itu akan menurunkan bencana kepada mereka. Sepanjang zaman Jahiliyyah
keadaan mereka diliputi oleh berbagai macam legenda yang mengancam bagi
siapapun yang berani mengadakan sesuatu perubahan terhadap Ka’bah. Dengan
demikian perbuatan itu dianggap tidak umum.
Tetapi
sesudah mengalami bencana banjir tindakan demikian itu adalah suatu keharusan,
walaupun masih diliputi rasa takut dan ragu-ragu. Bertepatan dengan kejadian
itu, kapal milik seorang pedagang Romawi bernama Baqum yang datang dari Mesir
terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum adalah seorang ahli bangunan yang
mengetahui masalah perdagangan. Sesudah suku Quraisy mengetahui hal ini, maka
berangkatlah al-Walid bin al-Mughira dengan beberapa orang dari Quraisy ke
Jeddah menemui Baqum. Kapal itu kemudian dibelinya, kemudian diajaknya
berunding supaya sama-sama datang ke Makkah guna membantu mereka membangun Ka’bah
kembali. Baqum menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Makkah ada seorang
Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai bahwa
diapun akan bekerja dengan mendapat bantuan Baqum. Sudut-sudut Ka’bah oleh suku
Quraisy dibagi empat bagian tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus
dirombak dan dibangun kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan itu
mereka masih ragu-ragu dan khawatir akan mendapat bencana. Kemudian al-Walid
bin al-Mughira tampil ke depan dengan merasa sedikit takut. Setelah berdoa
kepada dewa-dewanya, ia mulai merombak bagian sudut selatan. Orang-orang
menunggu apa yang akan dilakukan Tuhan terhadap al-Walid. Tetapi setelah sampai
pagi hari tak terjadi apa-apa, mereka pun beramai-ramai merombaknya dan memindahkan
batu-batu yang ada. Muhammad pun ikut dalam kerja bakti itu.
Sesudah
bangunan itu setinggi orang berdiri dan tiba saatnya meletakkan Hajar Aswad
yang disucikan di tempatnya semula di sudut timur, maka timbullah perselisihan
di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya mendapat kehormatan meletakkan batu
itu pada tempatnya semula. Demikian memuncaknya perselisihan itu sehingga
hampir saja timbul perang saudara. Keluarga Abdud Dar dan keluarga ‘Adi
bersepakat takkan membiarkan kabilah yang manapun campur tangan dalam
kehormatan yang besar ini. Untuk itu mereka mengangkat sumpah bersama. Keluarga
Abdud Dar membawa sebuah baki berisi darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam
baki itu guna memperkuat sumpah mereka. Karena itu lalu diberi nama La’aqatud Dam,
yakni ‘jilatan darah.’ Abu Umayyah bin al-Mughira dari Bani Makhzum, adalah
orang yang tertua di antara mereka. Ia dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat
keadaan serupa itu ia berkata kepada mereka:
"Serahkanlah
putusan kamu ini di tangan orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa
ini."
Tatkala
mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka
berseru: "Ini al-Amin (orang yang terpercaya) ; kami dapat menerima
keputusannya." Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada Muhammad.
Iapun mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api
permusuhan itu. Ia berpikir sebentar, lalu katanya: "Kemarikan sehelai
kain," katanya. Setelah kain dibawakan dihamparkannya dan diambilnya batu
itu lalu diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya;
"Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini." Mereka
bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Lalu
Muhammad mengeluarkan batu itu dari kain dan meletakkannya di tempatnya. Dengan
demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan. Quraisy
menyelesaikan bangunan Ka’bah sampai setinggi delapanbelas hasta (± 11 meter),
dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menyuruh atau
melarang orang masuk. Di dalam Ka’bah itu mereka membuat enam batang tiang
dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah dalam dipasang sebuah tangga naik
sampai ke teras di atas lalu meletakkan Hubal di dalam Ka’bah. Juga di tempat
itu diletakkan barang-barang berharga lainnya, yang sebelum dibangun dan diberi
beratap menjadi sasaran pencurian.
Kejadian
ini berlangsung saat Muhammad berusia 35 tahun, dan keputusannya mengambil batu
dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di
tempatnya dalam Ka’bah, menunjukkan betapa tingginya kedudukannya dimata
penduduk Makkah, betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai orang
yang berjiwa besar. Pada tahun 611 M, waktu itu Muhammad berusia 40 tahun
beliau menerima wahyu yang pertama. Di puncak Gunung Hira, – sejauh dua farsakh
sebelah utara Makkah – terletak sebuah gua yang sangat kondusif untuk tempat
menyendiri (berkhalwat). Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun Muhammad pergi ke
sana dan berdiam di tempat itu. Ia tekun dalam merenung dan beribadah, menjauhkan
diri dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari Kebenaran
tentang keberadaan Tuhan dan merenungkan keboborokan perilaku sehari-hari
masyarakat Arab saat itu. Demikian kuatnya ia merenung mencari hakikat
kebenaran itu, sehingga lupa ia akan dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada
dalam hidup ini. Sebab, segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia
sekitarnya, bukanlah suatu kebenaran.
Ia
merenung untuk mencari jawaban mengenai perilaku masyarakat dalam
masalah-masalah hidup. Apa yang disajikan sebagai kurban-kurban untuk
tuhan-tuhan mereka itu, bukanlah sesuatu yang dapat dibenarkan menurut rasio
dan nurani yang jernih. Berhala-berhala yang tidak berguna, tidak menciptakan
dan tidak pula mendatangkan rejeki, tak dapat memberi perlindungan kepada
siapapun yang ditimpa bahaya tidak selayaknya dipuja dan disembah. Hubal, Lata
dan ‘Uzza, dan semua patung-patung dan berhala-berhala yang terpancang di dalam
dan di sekitar Ka’bah, tak pernah menciptakan seekor lalat sekalipun, atau akan
mendatangkan suatu kebaikan bagi Makkah. Ketika itulah ia percaya bahwa
masyarakatnya telah tersesat, jauh dari kebenaran.Keyakinan mereka terhadap
keberadaan Tuhan telah rusak karena tunduk kepada khayal berhala-berhala serta
kepercayaan-kepercayaan semacamnya. Kebenaran itu ialah Allah, Khalik seluruh
alam, tak ada tuhan selain Dia. Kebenaran itu ialah Allah Pemelihara semesta
alam. Dialah Maha Rahman dan Maha Rahim. Kebenaran itu ialah bahwa manusia
dinilai berdasarkan perbuatannya. "Barangsiapa mengerjakan kebaikan
seberat atompun akan dilihatNya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat
atompun akan dilihatNya pula." (Qur’an, 99:7-8) Dan bahwa surga itu benar
adanya dan neraka juga benar adanya. Mereka yang menyembah tuhan selain Allah
mereka itulah menghuni neraka, tempat tinggal dan kediaman yang paling durhaka.
Tatkala ia sedang bertahanuth, ketika itulah datang malaikat membawa sehelai
lembaran seraya berkata kepadanya: "Bacalah!" Dengan terkejut
Muhammad menjawab: "Saya tak dapat membaca". Ia merasa seolah
malaikat itu mencekiknya, kemudian dilepaskan lagi seraya katanya lagi:
"Bacalah!" Masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab:
"Apa yang akan saya baca."Seterusnya malaikat itu berkata:
"Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan
Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya …" Lalu ia
mengucapkan bacaan itu. Malaikatpun pergi, setelah kata-kata itu terpateri
dalam kalbunya. Setelah menerima wahyu yang pertama itu maka Muhammad menjadi
seorang utusan (rasul), sehingga dia mempunyai kewajiban untuk menyampaikan
ajaran Allah SWT kepada umat manusia. Setelah menjadi rasul, maka sifat-sifat
mulia yang dimilikinya tdak hanya dimilikinya sendiri, namun dia harus
mengajarkan dan memberi teladan kepada umat manusia untuk berakhlak yang mulia.
Nabi Muhammad bersabda :
Artinya
: “Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak)” (HR Ahmad).
Artinya :
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu
semuanya.
Kepada-Nyalah
naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya”. (QS
Fathir : 10)
Nabi
Muhammad mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari harta,
keturunan, suku, keindahan tubuh, kekuatan, maupun pangkat dan jabatannya dalam
masyarakat.
Namun
kemuliaan manusia terletak pada ketaatannya kepada Allah SWT dan kemuliaan
akhlaknya, baik berupa sikap, perkataan, maupun perbuatannya dalam kehidupan
sehari-hari. Padahal ketika itu masayarakat Arab sangat menonjolkan keturunan
dan sukunya. Mereka sering berselisih, bertengkar bahkan berperang agar sukunya
menjadi yang paling terhormat diantara yang lain. Mereka juga sangat
membanggakan harta dan kedudukan. Semakin banyak harta dan memiliki banyak
budak, maka mereka merasa menjadi mulia. Setelah menjadi rasul, Nabi Muhammad
SAW memberikan ajaran yang sangat mulia bahwa sebaik-baik manusia adalah yang
memberi manfaat dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Padahal perilaku
masyarakat Quraisy saat itu seringkali menyengsarakan orang lain,, mereka
semena-mena terhadap orang-orang miskin apalagi terhadap budak-budak mereka.
Betapa beratnya tugas Nabi Muhammad SAW untuk membina manusia agar berakhlak
mulia ketika kondisi akhlaknya sudah buruk. Namun semua itu dilakukan beliau
dengan penuh kesabaran dan dengan cara memberi teladan.
C. Nabi Muhammad Sebagai Rahmat bagi Alam Semesta
Bagi
orang-orang yang merasakan bahwa kehidupan para pembesar dan bangsawan Makkah
yang sudah sesat dan keterlaluan, namun mereka tidak mampu berbuat apa-apa,
maka kehadiran Nabi Muhammad saw. seperti seteguk air saat mereka merasakan
dahaga yang sudah sangat lama. Nabi Muhammad saw. mengajarkan tentang persamaan
derajat manusia. Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan agar penyelesaian masalah
tidak boleh dilakukan dnegan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan
cara-cara yang damai dan beradab. Hal ini tercermin dalam tindakan Nabi
Muhammad ketika mendamaikan masyarakat Makkah saat akan meletakkan Hajar
Aswad pada tempatnya.Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk
dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya maka dia harus mengasihi
yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang
kuat harus mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya baik anak
itu laki-laki maupun perempuan, sebaliknya anak harus menghormati dan berbakti
kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota
masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai,
dan mengasihi, maka akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram dan
sejahtera. Terbukti, saat ini keadaan Masyarakat Makkah dan Madinah menjadi
masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera dan mengalami kemajuan yang
pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa
berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad saw. Dengan demikian sesungguhnya
Nabi Muhammad ditus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam. Nabi tidak
hanya diutus untuk penduduk Makkah saja, atau bagi bangsa Arab saja,
namun nilai-nilai yang dibawanya adalah nilai-nilai universal yang dapat
meningkatkan martabat umat manusia sehingga berbeda dengan binatang.
Artinya :
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” (QَS Al Anbiya : 107}
D. Meneladani Dakwah Nabi Muhammad
SAW dan Para Sahabat di Makkah
Pada
mulanya, dakwah Nabi Muhammad di Makkah dimulai dari sanak keluarga dan kerabat
dekat. Itupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, di rumah salah seorang
sahabat yang bernama Al Arqom bin Abil Arqom Al Makhzumi. Upaya tersebut
membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Kurang lebih tiga tahun ada 39
orang yang menyatakan iman dan Islam, semuanya dari kerabat dekat dan
sahabat-sahabat yang lain. Di antara kerabat dekat yang masuk Islam waktu itu
antara lain Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Zaid bin Haritsah.
Khadijah, istri nabi, orang yang cukup terpandang dan kaya raya. Abu Bakar,
seorang dermawan yang kaya raya. Ali bin Abi Tholib, seorang pemuda yang cukup
cerdas dan dihormati. Dengan masuk Islamnya orang-orang tersebut membawa
pengaruh besar pada dakwah nabi sampai masa berikutnya. Karena orang-orang
tersebut cukup dihormati di kalangan orang-orang Quraisy.
Di
antara sahabat yang menyusul masuk Islam antara lain Usman bin Affan, Zubair
bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Fatimah binti Khatab serta
suaminya (Said bin Zaid), Arqam bin Abil Arqam, Thalhah bin Ubaidillah. Mereka
termasuk “Assabiqunal Awwalun”, yakni orang-orang yang pertama kali masuk
Islam. Dakwah secara terang-terangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. mendapat
reaksi cukup keras dari para pemuka dan tokoh Quraisy, antara lain Abu Lahab
(Abdul Uzza), Abu Jahal, Umar ibnu Khatab (sebelum masuk Islam), Uqbah bin Abi
Muatih, Aswad bin Abdi Jaghuts, Hakam bin Abil Ash, Abu Sufyan bin Harb
(sebelum masuk Islam), Ummu Jamil (istri Abu Lahab). Reaksi keras yang
dilakukan oleh para tokoh Quraisy tersebut antara lain berupa ejekan, hinaan,
hasutan, ancaman, dan penganiayaan secara fisik. Hal yang sama juga dilakukan
kepada orang-orang Quraisy sendiri, agar tidak mengikuti seruan Nabi Muhammad.
Namun, Rasulullah tetap tabah dan sabar, dakwah pun tetap dijalankan. Bahkan
semakin terang-terangan dan meluas ke wilayah lain.
Menghadapi
sikap Rasulullah tersebut orang-orang Quraisy bertambah marah, bahkan pernah
merencanakan akan melakukan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad. Rencana tersebut
dilakukan menjelang Nabi Muhammad akan hijrah ke Madinah. Atas pertolongan
Allah SWT, waktu itu Nabi selamat dari rencana pembunuhan tersebut. Kemudian
bisa hijrah ke Madinah. Meskipun Nabi Muhammad saw. dengan susah payah dalam
berdakwah karena mendapat tantangan dari Kaum Quraisy, tetapi makin hari makin
didengar orang sehingga makin banyak pengikutnya. Dakwah Nabi Muhammad di Makah
dilakukan kurang lebih selama 13 tahun, dan selebihnya selama 10 tahun Nabi
Muhammad berada di Madinah. Ketika berdakwah di Makkah, tantangan yang dihadapi
oleh Rasulullah dan para sahabat begitu besar. Dari uraian sejarah di atas
dapat diambil pelajaran yang sangat berharga dari cara cara dakwah Rasulullah
yang harus diteladani oleh umat islam, antara lain adalah :
1. Nabi Muhammad berdakwah dengan keteladanan.
Sebelum beliau menyampaikan sesuatu, maka beliau terlebih dahulu
melaksanakanya. Jadi, disamping dakwah dengan lisan, dakwah juga dilakukan
dengan perbuatan, sikap, dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Disampaikan dengan penuh
kehati-hatian, sabar, dan menggunakan bahasa yang halus dan lemah lembut serta
dengan bahasa yang mudah dipahami.
3. Rasulullah saw. memposisikan para pengikutnya
sebagai sahabat, hal ini tercermin dalam sebutan para pengikutnya yakni dengan
sebutan ‘sahabat’. Cara seperti ini menimbulkan rasa simpati yang luar biasa,
karena di dalam Islam nyata-nyata diterapkan kesetaraan.
4. Rasulullah saw. selalu bersama para
sahabat-sahabatnya baik dalam keadaan suka maupun duka, dengan demikian
terjalin persatuan, kesatuan, dan solidaritas umat Islam yang sangat kuat.
Dalam berdakwah Rasulullah saw. tidak pernah memaksakan kehendak, Rasulullah
saw hanya menyampaikan ajaran dari Allah SWT, dan memberikan pemahaman secara
rasional dan dengan hati yang jernih. Mengikuti atau tidak hal itu menjadi hak
pribadi masing-masing. Dengan kata lain, dalam berdakwah Rasulullah saw tidak
pernah menggunakan cara-cara kekerasan.
E . Gambaran Umum : Misi Muhammad Saw
Secara historis, perjalanan nabi Muhammad Saw, sebagai
masalah risalah langit, terbagi dalam periode, yaitu pertama , periode pra
kerasulan, kedua periodekerasulan , ketiga :periode pasca kerasulan, visi dan
misi : nabi hanya membawa doktri teologis semata dan nabi yang membawa doktrin
teologis dan doktrin politis .doktrin teologis adalah doktrin manusia dengan
ideal moral tuhan tanpa melakukan perubahan sosoial politik sebagai sebagian
dari proses ideal moral tersebut sedangkan teologi politis adalah doktrin yang
mengedepankan ajaran moral sekaligus berusaha melakukan perubahan system untuk
menata institusi – institusi social dan politik.
Para nabi yang tergolong membawa doktrin teologis politis
ini, di antaranya adalah nabi – nabi yang bergelar ulul azmi, nabi Muhammad
yang berkenaan dengan hal- hal yang bersifat eksentis, juga berusaha beserta
umatnya menata kekuatan untuk mengambil alih peran kepemimpinan dan
pemerintahan orang- orang Quraisy, peran ini sangat dominan, terutama pada saat
nabi berada di madinah .
C. Penutup
Muhammad, penuh Abū al-Qasim Muḥammad ibn ʿ Abd Allāh ibn ʿ Abd
al-Muthalib bin Hasyim (570 lahir, Mekkah, Saudi [sekarang di Arab
Saudi]-meninggal 8 Juni 632, Madinah), pendiri agama Islam , diterima oleh umat Islam di seluruh dunia
sebagai yang terakhir dari nabi-nabi
Allah .
Meskipun
namanya kini dipanggil dengan hormat beberapa miliar kali setiap hari, Muhammad
adalah tokoh yang paling dibenci di sejarah Barat dari abad ke-7 sampai waktu
yang cukup baru-baru ini. Dia adalah pendiri satunya agama utama dunia yang
tinggal di cahaya penuh sejarah dan tentang siapa terdapat banyak catatan dalam
teks-teks sejarah, meskipun seperti tokoh-tokoh sejarah lainnya pramodern tidak
setiap detail hidupnya dikenal. Karena Muhammad adalah salah satu tokoh paling
berpengaruh dalam sejarah, hidupnya, perbuatan, dan pikiran telah diperdebatkan
oleh pengikut dan lawan selama berabad-abad, yang membuat biografi dirinya
sulit untuk menulis. Pada setiap giliran kedua pemahaman Islam Muhammad dan
penafsiran rasionalis dirinya oleh para sarjana Barat, yang tumbuh dari
filsafat ke-18 dan abad ke-19 seperti positivisme ,
harus
dipertimbangkan. Selain itu, atas dasar bukti-bukti sejarah dan pemahaman Islam
Muhammad sebagai Nabi, respon harus dibentuk untuk tulisan-tulisan polemik
Kristen mencirikan Muhammad sebagai murtad jika tidak Antikristus .
Ini tanggal
kembali ke awal Abad Pertengahan dan masih berpengaruh terhadap beberapa
derajat konsep Barat secara umum dia. Hal ini penting, karena itu, baik untuk
memeriksa sejarah rekor meskipun tidak selalu atas dasar asumsi-dan sekuler
untuk membuat jelas pemahaman Islam Muhammad.
MAKALAH
SEJARAH PERADAPAN ISLAM
(KEHIDUPAN MUHAMMAD DI MAKKAH )
Dosen
: Drs.H.
Kasful Anwar. Mag
Kelompok : 1 ( satu )
Di susun oleh :
Nuril Ima Nia
Sopriani
Suharyanti
Joni
FAKULTAS
TARBIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2012
DAFTAR PUSTAKA
1. Dedi supriyadi . Mag.Sejarah Peradapan
Islam.2008.bandung:pustaka setia
2. Dr.Badri Yatim,M.A .Sejarah Peradapan Islam Dirasah
Islamiyah 11.2004. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
3. http.kehidupan Muhammad di makkah. Com.
3 Komentar:
(0)
(Y)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda